Sabtu, 29 Maret 2014

Model pembelajaran

Diposting oleh Unknown di 00.58 0 komentar

Disusun oleh kelompok 6
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
Dosen pengampu : Widodo Winarso ,M.Pd.I

BAB I
PENDAHULUAN

a.       Latar BelakangMasalah
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi oleh adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan Ilmu pengetahuan juga dipengaruhi oleh adanya perubahan pandangan tentang pembelajaran Matematika. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa, mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah,  jika dibandingkan dengan mutu pendidikan Matematika di beberapanegara.

b.      Tujuan
Tujuanpembuatanmakalah, mengetahui :
1.      Model PengajaranLangsung
2.      Pembelajaran Klasikal
3.      Pembelajaran Individual
4.      Model Pembelajaran Tutorial
5.      Model Pembelajaran Kooperatif
6.      MetodeKumon
7.      Model Pembelajaran Quantum    
8.      MetodeDiagnosik
9.      Remedial 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran
Model ialah suatu abstraksi yang dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang tidak bisa dilihat atau dialami secara langsung. Model adalah representasi realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan urutan.
 Model ada yang bersifat prosedural, yakni mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas-tugas, atau bersifat konseptual, yakni deskripsi verbal realitas dengan menyajikan komponen relevan dan definisi, dengan dukungan data.
Model bisa menjadi sarana untuk menerjemahkan teori ke dalam dunia kongkret untuk aplikasi ke dalam praktek (model dari). Bisa juga model menjadi sarana memformulasikan teori berdasarkan temuan praktek (model untuk).
Model merupakan salah satu tool untuk teorisasi. Arti teorisasi adalah proses empirik dan rasional yang menggunakan bermacam alat, seperti prosedur penelitian, model, logika dan alasan. Tujuannya adalah memberikan penjelasan penuh mengapa suatu peristiwa terjadi sehingga bisa memandu untuk memprediksi hasil.

B.     Pengertian Metode Pebelajaran
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Sedangkan menurut Wina Senjaya, metode adalah “a way in achieving something. Sedangkan Sudrajat menyimpulkan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sesuai pengertian di atas maka metode merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
Menurut Winarno Surakhmad mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
  1. Siswa adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Dalam hal ini terdapat berbagai macam perbedaan, baik dari aspek intelektual, status sosial, latar belakang kehidupan, kemampuan dalm memgolah kesan dari bahan pelajaran yang baru disampaikan.
  2. Tujuan adalah Sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Metode guru harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap siswa.
  3. Situasi, dalam kegiatan belajar mengajar yag harus guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari dan waktu yang tersedia cukup untuk bahan pengajaran yang ditentukan.
  4. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar siswa disekolah.
  5. Guru, dalam hal ini adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar misalnya; kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Sedangkan pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru.

Menurut Dimyati dan Mujiono, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN no. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar. Jadi dapat disimpulakan pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meninghkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

  1. Model Pengajaran Langsung
Menurut Arends dalam Irianto, model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Para pakar teori belajar menggolongkan pengetahuan menjadi dua macam pengetahuan  yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu. Misalnya bagaimana melakukan operasi matematika, bagaimana langkah penyelesaian suatu persamaan kuadrat, bagaimana melukis segi n beraturan dalam geometri, dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu. Misalnya, MPR RI merupakan lembaga tertinggi, dan anggota-anggotanya dipilih untuk jabatan selama 5 tahun.
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

Ciri-ciri pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1.  Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2.    Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3.    Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Pada model pengajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, selain itu guru juga  menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk memberikan motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.
Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi mengenai keterampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajarinya dalam kehidupan nyata. Fase-fase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1
Sintaks Model Pengajaran Langsung
 Fase
Peran guru
        1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan Tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa dan memper-siapkan siswa .
2.    2. Mendemonstrasikan  pengetahuan dan ketrampilan
Mendemonstrasikan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3.    Membimbing pelatihan
Guru memberikan latihan terbimbing
4.    4. Mengecek pemahaman dan  memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
5.    5. Memberikan latihan dan penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

2.      Pembelajaran Klasikal

Model Pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang kita lihat sehari – hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah peserta didik, biasanya antara 30 sampai dengan 40 orang peserta didik di dalam sebuah ruangan. Para peserta didik memiliki kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta didik secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, dan minat belajar sukar untuk untuk diperhatiakan oleh guru.

Pembelajaran dengan model klasikal tampaknya tidak dapat melayani kebutuhan melayani kebutuhan belajar peserta didik secara individu. Beberapa peserta didik mengeluh karena gurunya mengajar sangat cepat. Sementara yang lain mengeluh karena gurunya mengajar bertele – tele, dan banyak keluhan – keluhan lainnya. Untuk itu perlu dicari cara lain agar seluruh peserta didik dapat dilakukan sebaik – baiknya.

  1. Pembelajaran Individual
Model Pembelajaran Individual menawarkan solusi terhadap masalah peserta didik yang beraneka ragam tersebut. Pembelajaran individual memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan sendiri tempat, waktu, kapan dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian. Pembelajaran individual mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut :
a.       Peserta didik sesuai dengan kecepatannya masing-masing, tidak  pada kelasnya.
b.      Peserta didik belajar secara tuntas, karena peserta didik akan ujian jika mereka siap.
c.       Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
d.      Keberhasilan peserta didik diukur berdasarkan sistem nilai mutlak. Ia berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.

Salah satu model pembelajaran individual yang sangat populer di kita beberapa waktu yang lalu adalah pembelajaran dengan modul. Modul adalah suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik sendiri. 

  1. Model Pembelajaran Tutorial
Tutorial adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Konsep tutorial berbeda dengan “kuliah tatap muka” yang umum berlaku di perguruan tinggi , di mana peran dosen sangat besar.
Berdasar konsep ini, maka tutorial sebagai salah satu jenis layanan bantuan belajar menjadi sangat penting, mengingat keadaan, latar belakang, dan kemampuan mahasiswa UT yang sangat bervariasi. Secara konseptual tutorial harus dilaksanakan sebagai suatu proses bantuan dan bimbingan belajar dari tutor kepada mahasiswa. Dalam sistem belajar jarak jauh, tutorial merupakan bagian integral dari proses pembelajaran mahasiswa. Dalam tutorial terkandung berbagai aspek, bantuan belajar, interaksi tutor dengan mahasiswa, interaksi mahasiswa dengan mahasiswa.
Tutorial dilakukan untuk membantu mahasiswa dalam memecahkan berbagai masalah belajar melalui penyediaan tambahan informasi, diskusi, dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar dan menyelesaikan studi. Tutorial juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar mau dan mampu belajar mandiri.
 Dalam tutorial, fungsi utama tutor/supervisor adalah :
a.       Pemicu dan pemacu kemandirian belajar mahasiswa, berpikir dan berdiskusi,
b.      Pembimbing, fasilitator dan mediator mahasiswa dalam membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam belajar mandirinya. Tutor berkewajiban memberikan bimbingan dan motivasi agar mahasiswa dapat memahami materi secara mandiri.
c.       Memberikan umpan balik kepada mahasiswa secara tatap muka atau melalui media, dan membantu mengembangkan ketrampilan belajarnya.
Agar kegiatan tutorial dapat berjalan dengan baik, tidak terjebak seperti perkuliahan biasa, maka tutor perlu menyiapkan pertanyaan bagi mahasiswa yang berfungsi untuk:
a.       Membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi yang sedang dibahas;
b.      Menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran,
c.       Memancing mahasiswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial,
d.      Mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, dan
e.       Menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang dihadapi.

Tutor juga memotivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam pembahasan:

a.       Masalah yang ditemukan mahasiswa dalam Prastiti, Pengembangan Model Tutorial Matematika Melalui Studi Pembelajaran (TMSP) Di Pokjar Sidoarjo 123 mempelajari modul,
b.      Konsep esensial matakuliah,
c.       Persoalan yang terkait dengan unjuk kerja (praktek/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas tutorial, dan
d.      Masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan yang ditemukan ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru. Studi pembelajaran dapat dilakukan oleh sejumlah guru/dosen/tutor dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan, implementasi pembelajaran dan observasi serta refleksi terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Studi pembelajaran pada penelitian ini adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional tutor yang bercirikan tutor membuka pelajaran yang dikelolanya untuk tutor sejawat lainnya sebagai pengamat, sehingga memungkinkan tutor-tutor dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Studi pembelajaran merupakan proses pelatihan tutor yang bersiklus, diawali dengan seorang tutor:
a.       Merencanakan tutorial melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran,
b.      Melakukan tutorial berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengamati,
c.       Melakukan refleksi terhadap mata kuliah melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para pengamat. Oleh karena itu, implementasi program studi pembelajaran perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihakpihak yang terlibat di dalamnya.

  1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.

            Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Pengertian model pembelajaran kooperatif menurut beberapa ahli :
  1. Posamentier menyatakan bahwa belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa belajar dalam kelompok adalah :
a.       Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian tujuan bersama.
b.      Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan oleh semua anggota kelompok.
c.       Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu sama lain.
d.      Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.
  1. Kelman menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk menerimanya. Kedua, ia memang ingin mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.
  2. Slavin menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar.
  3. Lowe menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif meningkatkan sikap sosial yang positif dan kemampuan kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
  4. Ismail menyebutkan 6 ( enam ) langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif yakni :
Fase Ke
Indikator
Tingkah Laku Guru
1.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2.
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.


Guru membimbing kelompok - kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5.
Evaluasi.


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6.
Memberikan penghargaan.


Guru mencari cara- cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individual maupun kelompok.

  1. Metode Kumon
a.       Pengertian Metode Kumon
Metode Kumon adalah suatu model belajar dari Jepang dan dikembangkan pertama kali oleh Toru Kumon, seorang guru matematika SMU yang pada awalnya ingin membantu pelajaran matematika anaknya yang waktu itu masih duduk di kelas 2 SD.
Metode Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan siswa menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Selain itu, Luqman menambahkan pembelajaran Kumon adalah pembelajaran yang mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan.
Metode Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja yang disusun sedemikian rupa secara sistematis dan small step yang berisi materi pelajaran matematika dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMU. Bahan pelajarannya dirancang sehingga siswa dapat mengerjakan dengan kemampuannya sendiri, bahkan memungkinkan bagi siswa untuk memperlajari bahan pelajaran di atas tingkatan kelasnya di sekolah.
Prinsip dasar metode yang disebarluaskan ke Indonesia pada Oktober 1993 ini adalah pengakuan tentang potensi dan kemampuan individual tiap siswa.
Siswa mempunyai potensi yang tidak terbatas. Untuk mengembangkan potensi ini secara maksimal, diperlukan bimbingan dan lingkungan yang mendukung tanpa membatasi usia siswa. Bahkan siswa usia prasekolah yang belum bisa memegang pensil pun dapat memulai belajar dengan metode KUMON.
Salah satu jurus yang membuat metode ini efektif adalah metode belajarnya. Di program Kumon, pembelajarannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Karena sesuai dengan potensinya masing-masing, akan lebih mudah bagi siswa mempelajarinya.
Kumon menilai kunci keberhasilan belajar matematika adalah dengan banyak berlatih. Tak heran bila selama belajar dengan Metode Kumon siswa akan mendapat banyak porsi latihan.
Dalam metode Kumon siswa yang sudah punya kemampuan cukup yang bisa maju ke tingkat lebih tinggi. Bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidak mendapat kesulitan saat mengerjakan bahan pelajaran yang lebih tinggi.
Selain itu dalam metode Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan harus benar dikerjakan semua sebelum bisa berganti lembar pelajaran. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri sampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
Namun, kenaikan tingkat sering kali tidak terasa. Ini karena perubahan bahan pelajaran dibuat sedemikian kecil, bahkan halus dan sistematis. Bahan pelajaran meningkat seiring dengan kemampuan penalaran sendiri, jarang sekali ia harus minta bantuan guru. Cara ini akan membentuk kebiasaan belajar mandiri yang berguna untuk menggali potensi diri-sendiri.
Begitu metode ini sudah dimengerti siswa, ia bisa mempraktikkannya sendiri di rumah dengan berlatih soal-soal dan kesulitan-kesulitannya di sekolah. Bila terus dilatih, kemampuannya akan terus terasah. Bahkan metode Kumon ini bisa juga diajarkan pada anak usia prasekolah. Karena belum bisa menulis, biasanya mereka diberi alat bantu berupa papan bilangan magnetik, jigsaw puzzle, kartu bilangan dan sebagainya, hal tersebut mampu membentuk kecenderungan siswa yang tentunya kecenderungan itu akan menyesuaikan dengan minat dan bakatnya.
Program Kumon tidak hanya mengajarkan cara berhitung tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kemampuan tersebut akan terlihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri. Peserta program akan diajarkan dasar-dasar soal untuk bisa menyelesaikannya yang lebih sulit.
Metode Kumon juga bermanfaat untuk mempelajari matematika yang lebih luas, misalnya untuk bidang aljabar, trigonometri, dan matematika tingkat lanjut. Di negara-negara lain, metode Kumon sudah dikembangkan untuk materi pelajaran lain seperti pelajaran bahasa inggris, bahasa jepang, bahasa jerman, bahasa perancis, dan sebagainya.
Metode Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan porsi yang tepat akan mengembangkan kemampuan matematika siswa. Selain itu belajar dalam waktu yang singkat dan rutin setiap harinya, maka dalam diri siswa akan terbentuk kemampuan berkonsentrasi, ketangkasan kerja, kemampuan berpikir, kebiasaan belajar dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk mempelajari hal-hal lainnya.
Sesuai dengan pendapat Shita (2009) Metode Kumon bukan hanya meningkatkan penguasaan matematika, tapi juga berbagai kemampuan belajar pada siswa, mulai dari konsentrasi dan ketangkasan kerja, semangat kebiasaan belajar mandiri, kebiasaan belajar setiap hari. Bila ia bisa menyelesaikan soal latihan matematika dari sekolah dengan cepat, maka ia bisa menggunakan sisa waktu untuk mempelajari ilmu lain. Alhasil, pelajaran lain pun pasti akan meningkat.


b.      Penerapan Metode Kumon
Dalam penerapannya Lukman (2008) merinci metode kumon ini kedalam 8 tahap, yaitu:
a.       Mula-mula, guru menyajikan konsep dan siswa memperhatikan penyajian tersebut
b.      Kemudian siswa mengambil buku saku yang telah disediakan, menyerahkan lembar kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan mengambil lembar kerja yang telah dipersiapkan guru untuk dikerjakan siswa pada hari tersebut.
c.       Siswa duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya. Karena pelajaran diprogram sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya siswa dapat mengerjakan lembar kerja tersebut dengan lancar.
d.      Setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada guru untuk diperiksa dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, siswa berlatih dengan alat bantu belajar.
e.       Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, guru mencatat hasil belajar hari itu pada “Daftar Nilai”. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk penyusunan program belajar berikutnya.
f.        Bila ada bagian yang masih salah, siswa diminta untuk membetulkan bagian tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
g.       Jika siswa sampai mengulang 5 kali, maka guru melakukan pendekatan kepada siswa dan menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
h.       Setelah selesai, siswa mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang, guru memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.

  1. Metode Pembelajaran Quantum
Quantum Learning memiliki karakteristik tersendiri yang dapat mengangkat identitas dirinya, yaitu :
  1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
  2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Usaha setiap manusia patut dihargai dan karena itu kesalahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dipandang sebagai gejala manusiawi.
  3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivistis. Nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, pembelajaran kuantum justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
  4. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
  5. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna.
  6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
  7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
  8. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
  9. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orchestra
  10. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
  11. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran.
  12. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
  13. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

  1. Metode Diagnostik
  1. Pengertian Diagnostik
1)      Proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang tidak beres atau bermasalah.
2)      Kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya.
3)      Proses menentukan hakekat kelainan atau ketidakmampuan melalui penelitian terhadap fakta yang dijumpai, selanjutnya untuk menentukan permasalahan yang dihadapi.
4)      Diagnosis adalah penentuan masalah, kelainan atau ketidak mampuan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala yang tampak.
  1. Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
1)      Mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar,
2)      Mengumpulkan data dan analisis data,
3)      Menentukan masalah belajar yang dirasakan / dialami (diagniosis),
4)      Saran pemberian bantuan (prognosis),
5)      Penanganan / mengatasi kesulitan belajar,
6)      Evaluasi dan Tindak lanjut.

  1. Remedial
a.       Pengertian Pengajaran Remedial
1)      Pengajaran remedial bersifat kuratif atau korektif,
2)      Pengajaran khusus yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang jadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan belajar anak,
3)      Pengajaran individual yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitab belajar, agar anak mampu mengikuti pembelajaran secara klasikal  sedhingga hasil belajarnya optimal,
4)      Pelaksanaan pengajaran remedial harus disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami anak.

b.      Pentingnya  Pengajaran Remedial
1)      Dalam proses pembelajaran  tidak semua anak  didik  mencapai hasil belajar  sesuai dengan kemampuan-nya. Jadi dalam setiap pembelajaran pasti ada anak yang mengalami kesulitan belajar,
2)      Adanya kresulitan belajar anak berarti belum tercapai perubahan tingkahlaku  sebagai hasil belajar,
3)      Untuk mengatasi kesulitan belajar diperlukan teknik bimbingan balajar salah satu diantaranya  pengajaran remedial.
c.       Tujuan Pengajaran Remedial
Membantu anak mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus tujuan pengajaran remedial membantu anak yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikkan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar.
d.      Pendekatan Pengajaran Remedial
1)      Pendekatan Kuratif
·         Pengulangan
·         Pengayaan dan Penguatan
·         Percepatan
 
2)      Pendekatan Preventif
·         Kelompok belajar homogen
·         Layanan Individual
·         Pengajaran Kelas Khusus
·         Pendekatan pengembangan     

e.       Metode Pembelajaran Remedial
1)      Metode Pemberian Tugas
2)      Metode Diskusi
3)      Metode Tanya jawab
4)      Metode Kerja Kelompok
5)      Metode Tutor Sebaya
6)      Metode Pengajaran Individual

f.       Pelaksanaan Pengajaran Remedial
1)      Penelaahan kembali kasus
2)      Pemilihan alternatif tindakan
3)      Pemberian layanan khusus
4)      Pengukuran  kembali hasil belajar
5)      Re-evaluasi dan Re-diagnostik 














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Model ialah suatu abstraksi yang dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang tidak bisa dilihat atau dialami secara langsung.
Model bisa menjadi sarana untuk menerjemahkan teori ke dalam dunia kongkret untuk aplikasi ke dalam praktek (model dari). Bisa juga model menjadi sarana memformulasikan teori berdasarkan temuan praktek (model untuk).
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN no. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar. Jadi dapat disimpulakan pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meninghkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.


 
DAFTAR PUSTAKA





 

shandy tiara Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review