Disusun oleh kelompok 6
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
Dosen pengampu : Widodo Winarso ,M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar BelakangMasalah
Pendidikan matematika di Indonesia
berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi oleh adanya
tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan Ilmu pengetahuan juga dipengaruhi oleh
adanya perubahan pandangan tentang pembelajaran Matematika. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa, mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah, jika dibandingkan dengan mutu pendidikan Matematika
di beberapanegara.
b. Tujuan
Tujuanpembuatanmakalah,
mengetahui :
1.
Model PengajaranLangsung
2.
Pembelajaran
Klasikal
3.
Pembelajaran
Individual
4.
Model Pembelajaran Tutorial
5.
Model
Pembelajaran Kooperatif
6. MetodeKumon
7.
Model Pembelajaran Quantum
8. MetodeDiagnosik
9. Remedial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Pembelajaran
Model
ialah suatu abstraksi yang dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang
tidak bisa dilihat atau dialami secara langsung. Model adalah representasi
realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan urutan.
Model ada yang bersifat prosedural, yakni
mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas-tugas, atau bersifat konseptual,
yakni deskripsi verbal realitas dengan menyajikan komponen relevan dan
definisi, dengan dukungan data.
Model
bisa menjadi sarana untuk menerjemahkan teori ke dalam dunia kongkret untuk
aplikasi ke dalam praktek (model dari). Bisa juga model menjadi sarana
memformulasikan teori berdasarkan temuan praktek (model untuk).
Model
merupakan salah satu tool
untuk teorisasi. Arti teorisasi adalah proses empirik dan rasional yang
menggunakan bermacam alat, seperti prosedur penelitian, model, logika dan
alasan. Tujuannya adalah memberikan penjelasan penuh mengapa suatu peristiwa
terjadi sehingga bisa memandu untuk memprediksi hasil.
B. Pengertian
Metode Pebelajaran
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang
guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun
metode mengajar yang telah dirumuskan yang telah dirumuskan dan dikemukakan
para ahli psikologi dan pendidikan.
Sedangkan menurut Wina Senjaya, metode adalah “a
way in achieving something”. Sedangkan Sudrajat menyimpulkan metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sesuai pengertian di atas maka
metode merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan
generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya
akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital,
maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan
harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak
membosankan.
Menurut Winarno Surakhmad mengatakan,
bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai
berikut:
- Siswa adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Dalam hal ini terdapat berbagai macam perbedaan, baik dari aspek intelektual, status sosial, latar belakang kehidupan, kemampuan dalm memgolah kesan dari bahan pelajaran yang baru disampaikan.
- Tujuan adalah Sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Metode guru harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap siswa.
- Situasi, dalam kegiatan belajar mengajar yag harus guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari dan waktu yang tersedia cukup untuk bahan pengajaran yang ditentukan.
- Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar siswa disekolah.
- Guru, dalam hal ini adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar misalnya; kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Sedangkan pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru.
Menurut Dimyati
dan Mujiono, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. UUSPN no. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkaran belajar. Jadi dapat disimpulakan pembelajaran sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat
meninghkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pelajaran.
- Model Pengajaran Langsung
Menurut
Arends dalam Irianto, model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah.
Para
pakar teori belajar menggolongkan pengetahuan menjadi dua macam
pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan
sesuatu. Misalnya bagaimana melakukan operasi matematika, bagaimana langkah
penyelesaian suatu persamaan kuadrat, bagaimana melukis segi n beraturan dalam
geometri, dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan
tentang sesuatu. Misalnya, MPR RI merupakan lembaga tertinggi, dan
anggota-anggotanya dipilih untuk jabatan selama 5 tahun.
Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada
analisis tugas. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus
menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus diciptakan
yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1.
Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3.
Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.
Pada
model pengajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pelajaran
guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, selain itu guru
juga menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru dengan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan
dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk
memberikan motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.
Setelah
itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi mengenai
keterampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru
memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan
memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajarinya dalam kehidupan
nyata. Fase-fase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1
Sintaks Model Pengajaran Langsung
|
Fase
|
Peran
guru
|
|
1.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Menjelaskan
Tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa dan memper-siapkan siswa .
|
|
2. 2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
|
Mendemonstrasikan
ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
|
|
3.
Membimbing pelatihan
|
Guru
memberikan latihan terbimbing
|
|
4. 4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek
kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
|
|
5. 5. Memberikan latihan dan penerapan
konsep
|
Mempersiapkan
latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan
sehari-hari.
|
2. Pembelajaran Klasikal
Model Pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran
yang kita lihat sehari – hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah peserta
didik, biasanya antara 30 sampai dengan 40 orang peserta didik di dalam sebuah
ruangan. Para peserta didik memiliki kemampuan minimum untuk tingkat itu dan
diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan
kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta didik secara individual baik
menyangkut kecepatan belajar, dan minat belajar sukar untuk untuk diperhatiakan
oleh guru.
Pembelajaran dengan model klasikal tampaknya tidak dapat
melayani kebutuhan melayani kebutuhan belajar peserta didik secara individu.
Beberapa peserta didik mengeluh karena gurunya mengajar sangat cepat. Sementara
yang lain mengeluh karena gurunya mengajar bertele – tele, dan banyak keluhan –
keluhan lainnya. Untuk itu perlu dicari cara lain agar seluruh peserta didik
dapat dilakukan sebaik – baiknya.
- Pembelajaran Individual
Model Pembelajaran Individual menawarkan solusi terhadap
masalah peserta didik yang beraneka ragam tersebut. Pembelajaran individual
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan sendiri tempat,
waktu, kapan dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian.
Pembelajaran individual mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut :
a. Peserta didik sesuai dengan kecepatannya masing-masing, tidak
pada kelasnya.
b. Peserta didik belajar secara tuntas, karena peserta didik
akan ujian jika mereka siap.
c. Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran
khusus yang jelas.
d. Keberhasilan peserta didik diukur berdasarkan sistem
nilai mutlak. Ia berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.
Salah satu model pembelajaran individual yang sangat
populer di kita beberapa waktu yang lalu adalah pembelajaran dengan modul.
Modul adalah suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep
pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik sendiri.
- Model Pembelajaran Tutorial
Tutorial
adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada
mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara
perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Konsep tutorial berbeda
dengan “kuliah tatap muka” yang umum berlaku di perguruan tinggi , di mana
peran dosen sangat besar.
Berdasar
konsep ini, maka tutorial sebagai salah satu jenis layanan bantuan belajar
menjadi sangat penting, mengingat keadaan, latar belakang, dan kemampuan
mahasiswa UT yang sangat bervariasi. Secara konseptual tutorial harus
dilaksanakan sebagai suatu proses bantuan dan bimbingan belajar dari tutor
kepada mahasiswa. Dalam sistem belajar jarak jauh, tutorial merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran mahasiswa. Dalam tutorial terkandung berbagai
aspek, bantuan belajar, interaksi tutor dengan mahasiswa, interaksi mahasiswa
dengan mahasiswa.
Tutorial
dilakukan untuk membantu mahasiswa dalam memecahkan berbagai masalah belajar
melalui penyediaan tambahan informasi, diskusi, dan kegiatan lain yang dapat
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar dan menyelesaikan studi. Tutorial
juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar mau dan mampu
belajar mandiri.
Dalam tutorial, fungsi utama tutor/supervisor
adalah :
a. Pemicu dan pemacu kemandirian belajar
mahasiswa, berpikir dan berdiskusi,
b. Pembimbing, fasilitator dan mediator
mahasiswa dalam membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik
dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau memecahkan
masalah-masalah dalam belajar mandirinya. Tutor berkewajiban memberikan
bimbingan dan motivasi agar mahasiswa dapat memahami materi secara mandiri.
c. Memberikan umpan balik kepada mahasiswa
secara tatap muka atau melalui media, dan membantu mengembangkan ketrampilan
belajarnya.
Agar
kegiatan tutorial dapat berjalan dengan baik, tidak terjebak seperti
perkuliahan biasa, maka tutor perlu menyiapkan pertanyaan bagi mahasiswa yang
berfungsi untuk:
a. Membangkitkan minat mahasiswa terhadap
materi yang sedang dibahas;
b. Menguji pemahaman mahasiswa terhadap
materi pelajaran,
c. Memancing mahasiswa agar berpartisipasi
aktif dalam kegiatan tutorial,
d. Mendiagnosis kelemahan-kelemahan
mahasiswa, dan
e. Menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab
masalah yang dihadapi.
Tutor
juga memotivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam pembahasan:
a. Masalah yang ditemukan mahasiswa dalam Prastiti,
Pengembangan Model Tutorial Matematika Melalui Studi Pembelajaran (TMSP) Di
Pokjar Sidoarjo 123 mempelajari modul,
b. Konsep esensial matakuliah,
c. Persoalan yang terkait dengan unjuk
kerja (praktek/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas tutorial, dan
d. Masalah yang berkaitan dengan profesi
keguruan yang ditemukan ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari sebagai
guru. Studi pembelajaran dapat dilakukan oleh sejumlah guru/dosen/tutor dan
pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan,
implementasi pembelajaran dan observasi serta refleksi terhadap perencanaan dan
implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Studi
pembelajaran pada penelitian ini adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan
profesional tutor yang bercirikan tutor membuka pelajaran yang dikelolanya
untuk tutor sejawat lainnya sebagai pengamat, sehingga memungkinkan tutor-tutor
dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Studi pembelajaran
merupakan proses pelatihan tutor yang bersiklus, diawali dengan seorang tutor:
a. Merencanakan tutorial melalui eksplorasi
akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran,
b. Melakukan tutorial berdasarkan rencana
dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengamati,
c. Melakukan refleksi terhadap mata kuliah
melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para pengamat. Oleh karena
itu, implementasi program studi pembelajaran perlu dimonitor dan
dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan
perolehan pihakpihak yang terlibat di dalamnya.
- Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model
pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan
serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pengertian model pembelajaran kooperatif menurut beberapa
ahli :
- Posamentier menyatakan bahwa belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa belajar
dalam kelompok adalah :
a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim
dalam pencapaian tujuan bersama.
b. Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan
oleh semua anggota kelompok.
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus
bicara atau diskusi satu sama lain.
d. Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok
mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.
- Kelman menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk menerimanya. Kedua, ia memang ingin mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.
- Slavin menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar.
- Lowe menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif meningkatkan sikap sosial yang positif dan kemampuan kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
- Ismail menyebutkan 6 ( enam ) langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif yakni :
|
Fase Ke
|
Indikator
|
Tingkah Laku
Guru
|
|
1.
|
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
|
2.
|
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
|
|
3.
|
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
|
4.
|
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar.
|
Guru
membimbing kelompok - kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
|
|
5.
|
Evaluasi.
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
|
|
6.
|
Memberikan
penghargaan.
|
Guru mencari
cara- cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individual maupun
kelompok.
|
- Metode Kumon
a. Pengertian Metode Kumon
Metode Kumon adalah suatu model belajar dari Jepang dan
dikembangkan pertama kali oleh Toru Kumon, seorang guru matematika SMU yang
pada awalnya ingin membantu pelajaran matematika anaknya yang waktu itu masih
duduk di kelas 2 SD.
Metode Kumon adalah sistem belajar yang memberikan
program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang
memungkinkan siswa menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya
secara maksimal.
Selain
itu, Luqman menambahkan pembelajaran Kumon adalah pembelajaran yang mengaitkan
antar konsep, ketrampilan, kerja individual dan menjaga suasana
nyaman-menyenangkan.
Metode
Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja yang disusun sedemikian
rupa secara sistematis dan small step yang berisi materi pelajaran matematika
dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMU. Bahan pelajarannya dirancang
sehingga siswa dapat mengerjakan dengan kemampuannya sendiri, bahkan
memungkinkan bagi siswa untuk memperlajari bahan pelajaran di atas tingkatan
kelasnya di sekolah.
Prinsip
dasar metode yang disebarluaskan ke Indonesia pada Oktober 1993 ini adalah
pengakuan tentang potensi dan kemampuan individual tiap siswa.
Siswa
mempunyai potensi yang tidak terbatas. Untuk mengembangkan potensi ini secara
maksimal, diperlukan bimbingan dan lingkungan yang mendukung tanpa membatasi
usia siswa. Bahkan siswa usia prasekolah yang belum bisa memegang pensil pun
dapat memulai belajar dengan metode KUMON.
Salah
satu jurus yang membuat metode ini efektif adalah metode belajarnya. Di program
Kumon, pembelajarannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Karena
sesuai dengan potensinya masing-masing, akan lebih mudah bagi siswa
mempelajarinya.
Kumon
menilai kunci keberhasilan belajar matematika adalah dengan banyak berlatih.
Tak heran bila selama belajar dengan Metode Kumon siswa akan mendapat banyak
porsi latihan.
Dalam
metode Kumon siswa yang sudah punya kemampuan cukup yang bisa maju ke tingkat
lebih tinggi. Bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga
nantinya ia tidak mendapat kesulitan saat mengerjakan bahan pelajaran yang
lebih tinggi.
Selain
itu dalam metode Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan
harus benar dikerjakan semua sebelum bisa berganti lembar pelajaran. Siswa yang
melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri sampai mendapat nilai 100. Cara
ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
Namun,
kenaikan tingkat sering kali tidak terasa. Ini karena perubahan bahan pelajaran
dibuat sedemikian kecil, bahkan halus dan sistematis. Bahan pelajaran meningkat
seiring dengan kemampuan penalaran sendiri, jarang sekali ia harus minta
bantuan guru. Cara ini akan membentuk kebiasaan belajar mandiri yang berguna
untuk menggali potensi diri-sendiri.
Begitu
metode ini sudah dimengerti siswa, ia bisa mempraktikkannya sendiri di rumah
dengan berlatih soal-soal dan kesulitan-kesulitannya di sekolah. Bila terus
dilatih, kemampuannya akan terus terasah. Bahkan metode Kumon ini bisa juga
diajarkan pada anak usia prasekolah. Karena belum bisa menulis, biasanya mereka
diberi alat bantu berupa papan bilangan magnetik, jigsaw puzzle, kartu bilangan
dan sebagainya, hal tersebut mampu membentuk kecenderungan siswa yang tentunya
kecenderungan itu akan menyesuaikan dengan minat dan bakatnya.
Program Kumon tidak hanya mengajarkan cara berhitung
tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih fokus dalam
mengerjakan sesuatu sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kemampuan tersebut akan terlihat
dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri.
Peserta program akan diajarkan dasar-dasar soal untuk bisa menyelesaikannya
yang lebih sulit.
Metode
Kumon juga bermanfaat untuk mempelajari matematika yang lebih luas, misalnya
untuk bidang aljabar, trigonometri, dan matematika tingkat lanjut. Di
negara-negara lain, metode Kumon sudah dikembangkan untuk materi pelajaran lain
seperti pelajaran bahasa inggris, bahasa jepang, bahasa jerman, bahasa
perancis, dan sebagainya.
Metode
Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan porsi yang tepat akan
mengembangkan kemampuan matematika siswa. Selain itu belajar dalam waktu yang
singkat dan rutin setiap harinya, maka dalam diri siswa akan terbentuk
kemampuan berkonsentrasi, ketangkasan kerja, kemampuan berpikir, kebiasaan
belajar dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk mempelajari hal-hal
lainnya.
Sesuai
dengan pendapat Shita (2009) Metode Kumon bukan hanya meningkatkan penguasaan
matematika, tapi juga berbagai kemampuan belajar pada siswa, mulai dari
konsentrasi dan ketangkasan kerja, semangat kebiasaan belajar mandiri,
kebiasaan belajar setiap hari. Bila ia bisa menyelesaikan soal latihan
matematika dari sekolah dengan cepat, maka ia bisa menggunakan sisa waktu untuk
mempelajari ilmu lain. Alhasil, pelajaran lain pun pasti akan meningkat.
b. Penerapan
Metode Kumon
Dalam penerapannya Lukman (2008) merinci metode kumon ini
kedalam 8 tahap, yaitu:
a.
Mula-mula, guru menyajikan konsep dan siswa memperhatikan penyajian
tersebut
b.
Kemudian siswa mengambil buku saku yang telah disediakan, menyerahkan lembar
kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan mengambil lembar kerja yang
telah dipersiapkan guru untuk dikerjakan siswa pada hari tersebut.
c.
Siswa duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya. Karena pelajaran diprogram
sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya siswa dapat mengerjakan lembar
kerja tersebut dengan lancar.
d.
Setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada guru untuk
diperiksa dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, siswa berlatih
dengan alat bantu belajar.
e.
Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, guru mencatat hasil
belajar hari itu pada “Daftar Nilai”. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk
penyusunan program belajar berikutnya.
f.
Bila ada bagian yang masih salah, siswa diminta untuk membetulkan bagian
tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar
siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
g.
Jika siswa
sampai mengulang 5 kali, maka guru melakukan pendekatan kepada siswa dan
menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
h.
Setelah selesai, siswa mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang, guru
memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi
yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.
- Metode Pembelajaran Quantum
Quantum
Learning memiliki karakteristik tersendiri yang dapat mengangkat identitas
dirinya, yaitu :
- Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
- Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Usaha setiap manusia patut dihargai dan karena itu kesalahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dipandang sebagai gejala manusiawi.
- Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivistis. Nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, pembelajaran kuantum justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
- Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
- Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna.
- Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
- Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
- Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
- Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orchestra
- Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
- Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran.
- Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
- Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
- Metode Diagnostik
- Pengertian Diagnostik
1) Proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang tidak beres atau bermasalah.
2) Kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan meneliti
gejala-gejalanya.
3) Proses menentukan hakekat kelainan atau
ketidakmampuan melalui penelitian terhadap fakta yang dijumpai,
selanjutnya untuk menentukan permasalahan yang dihadapi.
4) Diagnosis adalah penentuan masalah, kelainan atau ketidak mampuan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala yang tampak.
- Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
1) Mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar,
2) Mengumpulkan data dan analisis data,
3) Menentukan masalah belajar yang dirasakan / dialami
(diagniosis),
4) Saran pemberian bantuan (prognosis),
5) Penanganan / mengatasi kesulitan belajar,
6) Evaluasi dan Tindak lanjut.
- Remedial
a. Pengertian Pengajaran Remedial
1) Pengajaran remedial bersifat kuratif atau korektif,
2) Pengajaran khusus yang bertujuan untuk menyembuhkan atau
memperbaiki proses pembelajaran yang jadi penghambat atau yang dapat
menimbulkan masalah atau kesulitan belajar anak,
3) Pengajaran individual yang diberikan kepada anak yang
mengalami kesulitab belajar, agar anak mampu mengikuti pembelajaran secara klasikal sedhingga hasil belajarnya optimal,
4) Pelaksanaan pengajaran remedial harus disesuaikan dengan
karakteristik kesulitan belajar yang dialami anak.
b. Pentingnya
Pengajaran Remedial
1) Dalam proses pembelajaran
tidak semua anak didik mencapai
hasil belajar sesuai dengan
kemampuan-nya. Jadi dalam setiap pembelajaran pasti ada anak yang mengalami
kesulitan belajar,
2) Adanya kresulitan belajar anak berarti belum tercapai
perubahan tingkahlaku sebagai hasil
belajar,
3) Untuk mengatasi kesulitan belajar diperlukan teknik
bimbingan balajar salah satu diantaranya
pengajaran remedial.
c. Tujuan Pengajaran Remedial
Membantu anak mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus tujuan
pengajaran remedial membantu
anak yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi belajar yang
diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikkan dalam aspek kepribadian atau
dalam proses belajar mengajar.
d. Pendekatan
Pengajaran Remedial
1) Pendekatan
Kuratif
·
Pengulangan
·
Pengayaan dan Penguatan
·
Percepatan
2) Pendekatan
Preventif
·
Kelompok belajar homogen
·
Layanan Individual
·
Pengajaran Kelas Khusus
·
Pendekatan pengembangan
e. Metode
Pembelajaran Remedial
1) Metode
Pemberian Tugas
2) Metode Diskusi
3) Metode Tanya
jawab
4) Metode Kerja
Kelompok
5) Metode Tutor
Sebaya
6) Metode
Pengajaran Individual
f. Pelaksanaan
Pengajaran Remedial
1) Penelaahan
kembali kasus
2) Pemilihan
alternatif tindakan
3) Pemberian
layanan khusus
4) Pengukuran kembali hasil belajar
5) Re-evaluasi dan
Re-diagnostik
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Model
ialah suatu abstraksi yang dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang
tidak bisa dilihat atau dialami secara langsung.
Model
bisa menjadi sarana untuk menerjemahkan teori ke dalam dunia kongkret untuk
aplikasi ke dalam praktek (model dari). Bisa juga model menjadi sarana
memformulasikan teori berdasarkan temuan praktek (model untuk).
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. UUSPN no. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar.
Jadi dapat disimpulakan pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meninghkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
- Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya.
- Hisyam Zaini, (2002), Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD.
- Davies Ivork K, 1986, Pengelolaan Balajar. Jakarta: Rajawali Pers.
- Joyce Bruce, (2009), Model for Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.
- http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html.
- http://yudithea.blogspot.com/2010/04.
- http://retnadi-17.web.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/pp.pdf.
- http://yudithea.blogspot.com/2010/04/ metode-kumon-cara-efektif-belajar.html

