Sabtu, 29 Maret 2014

Intelegensi Quotien dan Emosional Quotien

Diposting oleh Unknown di 00.31


 
Intelegensi Quotien dan Emosional Quotien

disusun oleh kelompok 1
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
dosen pengampu : Widodo Winarso,M.Pd.I

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
EQ (Emotional Quotient) merupakan salah satu alat yang di pakai untuk mengukur kecerdasan seseorang. Namun pengukuran EQ bukan didasarkan pada kepintaran seseorang tetapi sesuatu yang di sebut dengan karakteristikpribadi atau karakter. Sedangkan IQ ( Intelligence Quotient) merupakan salah satu alat yang di gunakan untuk mengukur kecerdasan seseorang yang mendasarkan pada kepintaran seseorang.
Berbagai penelitian menemukan keterampilan keterampilan emosional akan semakin penting perannya dalam kehidupan dari pada kemampuan intelektual. Atau dengan kata lain memiliki EQ tinggi mungkin lebih tinggi pencapaian keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kognitip verbal dan nonverbal.
IQ itu dapat di gunakan dengan menggunakan uji-uji kecerdasan standar misalnya uujian pada saat masuk perguruan tinggi, sedangkan EQ itu sangat sulit di uji oleh sesuatu yang nyata. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata.
B.     TUJUAN PENULISAN
Makalah ini di buat agar penulis dapat membantu mahasiswa sehingga mahasiswa dapat memahahami IQ dan EQ dalam pembelajan matematika.
C.     RUMUSAN MASALAH
a)      Apakah pengertian dari Intelegensi?
b)      Bagaimana implementasi IQ dalam pembelajaran matematika?
c)      Apa pengertian emosional?
d)     Apa sajakah unsur-unsur EQ?
e)      Bagaimana implementasi EQ dalam pembelajaran matematika?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN IQ (Intellegence Quotient)
Intelllegent atau intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intellegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh sebab itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan menifestasi dari proses berpikir rasional.
Ada beberapa pendapat intelegensi menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
a.       Menurut William Stern, intelegensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelengensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
b.      Menurut Vaan Hoes, intelegensi merupakan kecerdasan jiwa.
c.       Charles Sperman (1863-1945) berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang tunggal. Dia menyimpulkan bahwa semua tugas dan prestasi mental hanya menuntut dua macam kualitas saja yaitu intelegensi umum dan keterampilan individu dalam hal tertentu. Misalnya ketika seseorang harus memecahkan soal aljabar, maka yang ia butuhkan ialah intelegensi umum dan pemahaman akan berbagai rumus dan konsep aljabar itu sendiri.
d.      L.L Thurstone (1887-1955) seorang ahli di bidang listrik di Amerika yang kemudian menerjunkan diri dalam pembuatan tes, lebih menekankan aspek terpisah-pisah dari intelegensi. Dia menyatakan dengan tegas bahwa intelegensi umum dari tujuh kemampuan yang dapat dibedakan dengan jelas yaitu:
a)      Untuk menjumlah, mengalihkan dan membagi.
b)      Menulis dan berbicara dengan mudah.
c)      Memahami dan mengerti makna kata yang diucapkan.
d)     Memperoleh kesan akan sesuatu.
e)      Mampu memecahkan persoalan dan mengambil pelajaran dari pengalaman lampau.
f)       Dengan tepat dapat melihat dan mengerti hubungan benda dalam ruang.
g)      Mengenali objek dengan tepat dan benar.
e.       Menurut Prof. Kohnstermm berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dikembangkan, tetapi memenuhi syarat-syarat tertentu dan hanya mengenai segi kualitasnya saja, syarat-syarat itu ialah:
a)      Bahwa pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuannya saja. Pengembangan tidak dapat melebihi batas itu dan setiap orang mempunyai batas-batas berlainan.
b)      Terbatas juga pada mutu integensi, artinya seseorang tidak akan selesai mengerjakan sesuatu data mutu intelegensinya.
c)      Perkembangan intelegensi, bergantung pula pada cara berfikir yang metodis.
f.       Menurut Prof. Waterink seorang mahaguru di Amsterdam mengatakan bahwa menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berfikir hanya diartikannya bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.
g.      Menurut Bischof seorang psikolog Amerika (1954) mengemukakan definisi yang lebih luwes, namun bersifat oprasional dan fungsional bagi kehidupan manusia sehari-hari. Ia mendefinisikan intelegensi sebagai berikut: “intelligence is the ability to slove problems of all kinds”. (Bischof, 1954: 1) (intelegensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah).
  Sedangkan Quotient adalah suatu konsep kuantifkasi yang awalnya diberlakukan dalam rangka pengukuran tingkat kecerdasan. Pendekatan kuantitatif dalam psikologi mulai diperkenalkan dalam psikologi sejak awal abad ke-20, dalam rangka menjadikan psikologi ilmu yang obyektif. Pendekatan-pendekatan sebelumnya berasal dariminduk psikologi, yaitu filsafat, dan ilmu-ilmu sosial lainnya,dianggap terlalu subyektif sehingga terlalu banyak bias yang dipandang kurang memenuhi persyaratan ilmiah.
Jadi,IQ (Intellegence Quotient) adalah kecerdasan yang digunakan untuk berhubungan dengan alam dan pengelolaannya. IQ (Intellegence Quotient) setiap orang dipengaruhi oleh materi otak yang ditentukan oleh faktor gemetika. Namun demikian potensi IQ sangat besar atau ada yang berpendapat juga bahwa IQ (Intelligence Quotient) adalah kecerdasan seseorang dalam kemampuan verbal angka hitungan, daya ingat, penalaran, dan kecepatan perseptual.
     Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas intelegensi seseorang diantaranya:
1.      Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40-0,50dengan ayah dan ibuyang sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2.      Faktor Lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang ada pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulka perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak kiri perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang di konsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
3.      Faktor Kematangan
     Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ ( fisik atau psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anal-anak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan hubungan erat dengan umur.
4.      Faktor pembentukan
     Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhui perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja ( seperti yang dilakukan disekola-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja ( pengaruh alam sekitar ).
5.      Faktor Minat dan Pembawaan Khas
     Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar ( manipulate and eksploring motives). Dari manipulasi dan ekspolarasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
6.      Faktor Kebebasan
           Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode. Metode yang tertentu dalam menyelasaikan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan-kebebasan sesuai kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat perbuatan intelegensi.


Pendapat-pendapat mengenai pengembangan Intelegensi Quotien:
·      Menurut Binet, W. Stern, Bobertag bahwa Intelegensi Quotien itu tidak dapat dikembangkan (tetap).
·      Menurut Prof. Khonstam, bahwa Intelegensi Quotienitu dapat dikembangkan. Adapun pengembangan ini hanya segi kualitasnya yang dipenuhi dengan:
a.       Pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuan saja.
b.      Terbatas pada segi peningkatan mutu intelegensi.
c.       Cara-cara berfikir secara metodis.
Macam-macam tes Intelegensi:
1.      Test Binet-Simon, tes ini telah diperbaiki oleh Rubertag untuk menyelidiki intelegensi anak antara umur 3 sampai dengan 15 tahun dengan sekumpulan pertanyaan-pertanyaan, sehingga dari hasil itu dapat mengetahui IQ seorang anak. Test Binet-simon itu memperhitungkan dua hal, yaitu:
a)      Umur kronologis (chronological age-disingkat CA) yaitu umur seseorang sebagaimana yang di tunjukan dengan hari kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
b)      Umur mental (mental age-disingkat MA) yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang ditunjukan oleh tes kemampuan akademik.
     Menurut Dr. Narcy Bayley dari Universitas Calivornia mengemukakan pendapat bahwa IQ anak-anak yang masih muda mengalami perubahan “turun-naik” ( tidak tetap ). Ia berpendapat bahwa kapasitas mental anak yang terlalu muda tidak berkembang dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan perkembangan mental anak sebaya lainnya, meskipun mereka memiliki kekuatan intelektual yang sama. Ini dapat berarti bahwa dalam tahapan perkembangan tertentu bahwa seorang anak dapat memiliki IQ di bawah rata-rata, sedangkan dalam tahap yang lainnya ia memiliki IQ diatas rata-rata.

2.      Brightness tes atau test Mosselon yaitu test three words (tes 3 kata).
3.      Telegram test, yaitu disuruh membuat berita dalam bentuk telegram.
4.      Definitie, disuruh mendefinisikan sesuatu.
5.      Wiggly test, yaitu menyusun kembali balok-balok yang semula disusun menjadi satu.
6.      Stenquest test, disuruh mengamati sesuatu benda sebaik-baiknya lalu dirusak lalu di bentuk kembali.
7.      Absurdity test, yaitu disuruh mencari keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita.
8.      Medallion test, yaitu disuruh menyelesaikan gambar yang belum jadi atau baru sebagian.
9.      Educational test (scholastic test), yuitu test yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.

B.     PENGERTIAN KECERDASAN
     Pengertian kecerdasan menurut, C. Spearman yakin bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan ialah “Kemampuan umum untuk berpikir dan menimbang”. Di lain pihak, L.L. Thustone melihat kecerdasan sebagai suatu rangkaian kemampuan terpisah. Diyakinkannya bahwa kemampuan, seperti misalnya kemampuan numerik, ingatan dan kefasihan berbicara, secara bersama-sama membentuk prilaku pandai. Beberapa psikolog bahkan telah bertindak lebih jauh daripada Thurstone. Misalnya, J.P. Guildford menegaskan bahwa kecerdasan terbentuk dari 120 faktor  yang berbeda-beda. Perbedaan pendapat mengenai banyaknya kemampuan di dalam kecerdasan masih berlanjut hingga sekarang.
Alice Heim, seorang psikolog yang bekerja pada Universitas Cambridge dan yang telah berhasil mengembangkan beberapa tes kecerdasan, mendefinisikan kecerdasan sebagai berikut: “ Kecerdasan ialah perbuatan pandai yang terdiri dari pemahaman hal-hal yang pokok di dalam suatu keadaan dan penanggapan secara tepat terhadap keadaan tersebut”. Defenisi atau yang lebih tepatnya deskripsi, mengenai kecerdasan ini, meskipun masih terdengar samar-samar tidak menjadikan kecerdasan sebagai suatu benda ke dalamnya dapat dimasukan hampir semua, kalau tidak dapat dikatakan, semua perbuatan pandai, dan definisi ini tetap dapat disesuaikan dengan konsepsi umum. Jadi, deskripsi Heim mengenai prilaku pandai tersebut kiranya merupakan cara terbaik di dalam memberikan karakteristik kecerdasan yang ada di dalam tahap ilmu pengetahuan kita sekarang. Perlu dicatat kiranya, bahwa deskripsi Heim ini mempunyai beberapa persamaan yang cukup dekat dengan pemikiran Piaget maupun Bruner mengenai perkembangan kognitif yakni pemikiran mengenai seseorang yang melakukan upaya-upaya untuk dapat berhubungan secara efektif dengan lingkungannya.
Hampir semua peneliti berusaha mengukur kecerdasan dengan berbagai cara, dan mereka telah menggunakan apa yang dinamakan dengan tes kecerdasan di dalam usahanya tersebut. Tes-tes ini terdiri dari serangkaian permasalahan numerik, permasalahan verbal, permasalahan ke-ruang-an ( spatial ), dan permasalahan pertimbangan. Keberhasilan memecahkan berbagai permasalahan tersebut di istilahkan sebagai prilaku pandai. Nilai di dalam tes tersebut dianggap sebagai ukuran kecerdasan. Di dalam praktek, pada saat dilakukannya studi, maka operasionalisasi definisi kecerdasan ialah “apa yang diukur oleh tes kecerdasan tersebut”. Meskipun definisi kecerdasan ini merupakandefinisi yang tidak berujung pangkal, namun definisi ini dapat mengatasi perbedaan pendapat mengenai definisi umum, yakni dengan mengatakan yang sebenarnya mengenai ukuran apa yang dipakai di dalam studi serta dengan membatasi kesimpulan penelitian dengan berdasarkan definisi kecerdasan. Jadi, di sini bukannya melakukan usaha-usaha yang tidak mungkin dapat dikerjakan, atau mempelajari semua jenis “kecerdasan” yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan.
Tes kecerdasan memungkinkan kita untuk menghitung IQ atau Intellegence Quotient seseorang. Pada anak-anak IQ dapat dihitung dengan perbandingan antara usia nyata (usia kronologis) seorang anak dengan usia mentalnya. Usia mental ditentukan dengan cara memberikan tes IQ kepada beberapa anak yang berbeda usia nya dan kemudian rata-rata nilai masing-masing kelompok usia disusun. Seorang anak yang mendapat nilai sama dengan nilai rata-rata bagi kelompok usia delapan tahun dikatakan memiliki usia mental delapan tahun, tanpa memandang berapa usia anak tersebut sebenarnya. Jelasnya, seorang anak yang berusia enam tahun dengan usia mental delapan tahun dikatakan sebagai anak yang cemerlang, namun sebaliknya bagi seorang anak berusia sepuluh tahun, sekalipun nlai kedua anak itu sama. Untuk menyusun nilai IQ digunakan rumus sebagai berikut:
IQ =  X 100                                                                       
Seorang anak yang memiliki usia  kronologis delapan tahun dan usia mental juga delapan tahun, dikatakan memiliki IQ setinggi 100 (yang merupakan rata-rata nilai IQ), namun seorang anak yang berusia kronologis sepuluh tahun yang memperoleh jumlah jawaban benar yang sama dengan anak tang berusia delapan tahun dikatakan memiliki usia mental delapan tahun, dan dengan demikian memiliki nilai IQ setinggi 80.
Tes-tes IQ pertama kali digunakan secara luas pada awal tahun 1900-an oleh A. Binet sebagai suatu instrumen bagi Depertemen Pendidikan di Paris, Prancis. Kegunaan utama tes binet ini adalah untuk memilih secara khusus anak-anak yang tidak mungkin mencapai harapan baik di sekolah pada masa itu. Dengan demikian, tes Binet ini adalah suatu tes untuk permasalahan keterbelakangan mental. Anak-anak yang gagal mencapai nilai cukup tinggi di dalam tes tidak diizinkan untuk memasuki sekolah. Versi yang lebih modern, khususnya versi Terman-Merrill, masih banyak digunakan sebagai alat untuk seleksi dan penyuluhan hingga sekarang.
Kecerdasan dapat dilihat sebagai bakat yang memungkinkan seseorang menguasai kemampuan tertentu atas aneka macam keterampilan. Kecerdasan sebenarnya merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Beberapa jenis kecerdasan tersebut antara lain:

-            Kecerdasan Linguistik
-            Kecerdasan Logis-matematis
-            Kecerdasan Spasial
-            Kerdasan Musikal
-            Kecerdasan Kinestetik Jasmani
-            Kecerdasan Antar Personal
-            Kecerdasan Intra Personal
-            Kecerdasan Natural
Kecerdasan Linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Dengan kecerdasan ini maka seseorangakan mampu berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, mengajar dengan efektif lewat kata-kata, senang dengan bunyi bahasa dan teka-teki kata, mempermainkan kata dan tongue twister, mahir dalam hal-hal kecil dan mampu mengingat berbagai fakta, gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita penyair, dan pengacara. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra.
Kecerdasan Logis-Matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan ini meliputi kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual dan pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan programer komputer.
Kecerdasan Spasial adalah kecerdasan berpikir dalam gambar, mencerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai aspek dunia visual-spasial. Dengan kecerdasn ini seseorang mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin.
Kecerdasan Musikal adalah kecerdasan dan kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Dengan kecerdasan ini seseorang memiliki kepekaan terhadap nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dapat mendengarkan (menikmati) berbagai karya musikdengan tingkat ketajamantertentu. Ini merupakan kecerdasan para komponis, pemain musik, penyanyi, pemimpin orkestra atau berbagai group musik.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan fisik bakat dalam mengendalikan gerak tubuh, dan keterampilan dalam menangani benda, cekatan, indrera perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu. Dengan kecerdasan ini seseorang memiliki keterampilan dalam menjahit, bertukang, merakit model. Dapat menikmati kegiatan fisik seperti; berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau kegiatan fisik lainnya. Iniadalah keterampilan para atlet, pengrajin, montir, ahli bedah dsb.
Kecerdasan Inter-Personal adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan n berupa kemampuan untuk menyerap tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat oranglain.
Kecerdasan Intra-Personal adalah kecerdasan dalam diri sendiri. Kecerdasan ini berupa kemumpuan untuk mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai keadaan emosi, menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.
Kecerdasan Natural adalah kecerdasan yang berkaitan dengan alam. Kecerdasan ini mendefinisikan kepekaan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.




C.     IMPLEMENTASI IQ DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Pada dasarnya mata pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran khusus yang tentunya harus menggunakan IQ untuk dapat menyelesaikan soal-soalnya, tanpa IQ tidak mungkin seseorang dapat mengikuti pelajaran matematika dengan baik karena pada umumnya matematika sangat membutuhkan pemikiran yang kuat, adapun orang yang berIQ rendah dapat mempelajari matematika mungkin yang dipelajarinya hanyalah pelajaran-pelajaran yang mudah dan tingkat dasar. Seorang yang IQ nya tinggi akan mengaplikasikan sebuah gagasan matematika dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari atau berfikir secara logis dan memanage kehidupannya secara baik dan teratur, contohnya saja dalam kehidupan kita dalam situasi kita jauh dengan orang tua, kita akan diberikan bekal yang harus mencukupi selama satu minggu penuh, tentu manusia yang mempunyai IQ akan memanage nya sehingga dalam waktu seminggu bekal yang di berikan akan dapat mencukupi satu minggu penuh.
Hal ini akan berbeda jika seseorang yang mempunyai IQ rendah atau kurang dari rata-rata, mereka tidak akan mampu memanage hidupnya sendiri ia tetap memerlukan orang lain untuk mengatur setiap hidupnya contohnya orang yang mempunyai IQ kurang dari rata-rata tidak dapat hidup mandiri atau harus selalu di damping orangtua nya.
·                Ras dan IQ
Pada awal-awal hari dilakukannya tes-tes IQ terdapat suatu hal yang menarik perhatian, yaitu perbandingan nilaiantara ras-ras yang berbeda. Hasil penelitian R. Lynn, misalnya, memperhatikan bahwa anak-anak usia sekolah berkebangsaan Jepang mempunyai nilai empat setengah angka lebih tinggi daripada anak-anak sebaya yang berkebangsaan Amerika.
Pada tahun 1969, Harvard Educational Review, Arthun Jensen melihat pada tes-tes IQ alesan mengapa orang-orang negro Amerika rata-rata memiliki nilai lima belas angka lebih rendah daripada orang-orang kulit putih.
Jensen menyakinkan bahwa perbedaan nilai sebesar lima belas angka antara IQ orang kulit putih dengan orang negro ini terlalu besar untuk dsapat dijelaskan sebagai akibat dari pengaruh fakror-faktor lingkungan.
Menurut Jensen, perlu adanya program pendidikan khusus bagi kelompok-kelompok anak yang berbeda kemampuannya, sehingga setiap anak akan berkembang secara penuh. Pada masa-masa panasnya suhu politikdi saat itu, pemikiran ini justru dimanfaatkan oleh beberapa orang kulit putih Amerika Serikat yang mendiami daerah Selatan sebagai alasan untuk melanjutkan pemisahan sekolah untuk anak-anak kulit putih dan anak-anak kulit hitam, hal ini terjadi karena mungkin mereka lupa bahwa Jensen berbicara mengenai nilai rata-rata, dan kenyataannya ada beberapa anak negro yang memiliki IQ lebih tinggi daripada anak-anak kulit putih.
I.I. Gottesman menyatakan bahwa, perbedaan IQ besar dapat diakibatkan dari perbedaan lingkungan. Kamin dan beberapa peneliti lain menyatakan bahwa tes-tes IQ mempunyai ikatan budaya (culture bond). Maksudnya, tes-tes ini memanjakan orang-orang yang mempunyai latar belakang tertentu, yaitu dengan menggunakan bahasa dan permasalahan yang diatur, yang mencerminkan sistem pendidikan orang kulit putih golongan menengah serta juga mencerminkan pengalaman lainnya. Ketidak sesuaian antara IQ pada ras-ras yang berbeda kemungkinan semata-mata mencerminkan keadaan ini, sehingga kemudian ada usaha-usaha untuk menghasilkan tes-tes IQ yang bebas budaya meskipun tidak ada seorang pun yang menyetujuinya dengan suara bulat.
Perbedaan pendapat mengenai faktor keturunan, ras dan kecerdasan masih tetap ramai dan berlanjut terus, karena di sini tidak ada jawaban pasti, dan mungkin bahkan tidak akan ada. Karenanya, penting kiranya kita menyadari adanya kelemahan ini, dan perlu disiapkan adanya tuntutan balik, sehingga seandainya ada tuntutan mengenai jawaban pasti tersebut dari orang-orang berpandangan ekstrem dan memiliki bukti-bukti yang mendukung dan terpilih, kita pun dapat menangkisnya.
D.    PENGERTIAN EQ (Emosional Quetion)
EQ adalah kecerdasan yang di gunakan manusia untuk berhubungan dan bekerjasama dengan manusia lainnya. EQ seseorang di pengaruhi oleh kondisi dalam dirinya sendiri dan masyarakatnya, seperti adat dan tradisi. Potensi EQ kebih besar di banding IQ. EQ yang oleh pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik untuk mengukur kecerdasan emosional seseorang. Menurut Lawrence Shapiro (1997) kecerdasan emosional seseorang dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimisme, (c) motivasi diri, (d) antusiasme. Lebih lanjut Lawrence Shapori mengemukakan kcerdasan emosional (EQ) pengukurannya bukan di dasarkan pada kepintaran seseorang anak, tetapi melalui sesuatu yang di sebut dengan karakteristik pribadi atau “karakter”.
EQ juga dapat di definisikan ;
1)      Kemampuan untuk bekerja secara abstraksi (ide, simbol, prinsip hubungan, konsep dan prinsip);
2)      Kemampuan untuk belajar dan menggunakan abstraksi tersebut, dan
3)      Kemampuan untuk menyelesaikan masalah termasuk masalah yang sama sekali baru.
Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari emosional yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut;
1.      Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengukapannya melalui keterampilan kesadaran diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
2.      Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosinal adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
3.      Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour". Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai olehperubahan-perubahanfisik.
4.      Menurut Wolman dalam Puspitasari (2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
5.      Menurut Kartono (1988) emosional adalah sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikologi Peter Salovey dari Hard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas ini antara lain adalah :
a.       Empati (memahamiorang lain secara mendalam)
b.      Mengungkapkan dan memahami perasaan (emosi)
c.       Mengendalkan amarah
d.      Kemandirian
e.       Kemampuan menyesuaikan diri agar banyak di sukai
f.       Diskusi
g.      Kemampuan menyelesaikan masalah antar pribadi
h.      Ketekunan
i.        Kesetiakawanan
j.        Kemarahan
k.      Sikap hormat
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, pendapat yang nativistik mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi di bentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut paham navistik adalah Rena Descartes (1596-1650). Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai enam emosi dasar, yaitu:
1)      Cinta
2)      Kegembiraan
3)      Keinginan
4)      Benci
5)      Sedih, dan
6)      Kagum
Di pihak kaum empiristik dapat kita catat nama-nama lain seperti William James(1842-1910),(Amerika Serikat) dan Carl Lange(Denmark). Menurt pendapat teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap ransangan-ransangan dari luar.
Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhem Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James menyelidiki mengapa timbulnya emosi, W. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi. Menurut W. Wundt ada tiga pasang wujud emosi, yaitu:
1)      Lust-Unlust (senang-tak senang)
2)      Spannung-Losung (tegang-tegang)
3)      Eeregung-berubigung (semangat-tenang)
Diantara pakar-pakar teori kecerdasan emosi paling berpengaruh yang menunjukan perbedaan nyata antara kemampuan intelektual dan emosional adalah Howard Gardner.ia seorang psikolog dari Harvard yang pada tahun 1983 memperkenalkan sebuah model yang oleh banyak orang di sebut dengan kecerdasan majemuk (Multiple intelligence). Daftar macam kecerdasan yang di buatnya meliputi tidak hanya kemampuan verbal dan matematika yang sudah lazim, tetapi juga dua kemampuan yang bersifat “pribadi”, kemampuan untuk mengenal dunia dalam diri sendiri dan keterampilan sosial.
Ada empat ciri-ciri dari emosi:                                
1.      Pengalaman emosional bersifat pribadi. Kehidupan emosional seorang individu tumbuh dari pengalaman emosionalnya sendiri. Pengalaman emosional ini sangan subjektif dan bersifat pribadi, berbeda antara seorang individu dengan individu lainnya.
2.      Adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu emosi, maka terjadi beberapa perubahan jasmaniah. Perubahan-perubahan itu tidak selalu secara serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Demikian juga intensitas kekuatan perubahan pada sesuatu aspek berbeda dengan aspek lainnya, dan pada seorang individu berbeda dengan individu lainnya.
3.      Emosi diespresikan dalam prilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam prilakunya, terutama diekspresikan dalam roman muka dan suara/bahasa. Seseorang yang sedang mengalami rasa takut atau marah, akan dapat dilihat dari gerak-gerik tubuhnya, tetapi akan lebih jelas nampak pada roman mukannya. Orang-orang tunanetra pada umumnya kurang dapat mengekspresikan emosinya melalui roman muka, sebab mereka tidak pernah melihat roman muka mereka atau roman muka orang lain pada saat emosi.
4.      Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga halnya dengan emosi, dapat mendorong suatu kegiatan, apakah menjauhi atau mendekati suatu objek yang memberikan rangsangan emosional. Seorang yang marah mungkin ingin memukul orang yang merangsang amarahnya, orang yang sedang takut berusaha menjauhi objek yang ditakutinya.

E.      UNSUR-UNSUR EQ
Daniel Goleman mengungkapkan bahwa ada 5 unsur kecerdasan emosi yakni:
1)      Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya sehingga tahu kelebihan dan kekurangannya.
2)      Kemampuan seseorang untuk mengelola emosi tersebut.
3)      Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan dorongan untuk maju kepada diri sendiri.
4)      Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan keperibadian orang lain.
5)      Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan pihak lain secara baik.
Jika kita memang mampu memahami dan melaksanakan kelima unsur utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang bejalan mulus.
Sedangakan untuk mendapatkan skor tes EQ yang memuaskan, maka ada beberapa kiat yang mesti dilakukan. Pertama adalah membaca pertanyaan dan mengetahui apa yang diminta untuk dikerjakan. Pada Tes EQ, jawaban dirancang untuk dapat ditulis dengan cepat dan umumnya hanyalah satu kata, huruf atau angka. Akan tetapi bila menyadari jenis hubungan yang di uji pada pertanyaan, maka akan menemukan jawaban jauh kebih cepat. Selalu tuliskan sesuatu khususnya pada tes yang menggunakan pertanyaan pilihan berganda. Sangat jarang skor dikurangi untuk jawaban yang salah dalam ujian dan pada Tes EQ mungkin tidak pernah terjadi. Satu hal yang pasti, satu jawaban yang kosong tidak memberikan skor apapun.
Jadi bila mempunyai gagsan yang masuk akal tentang kemungkinana jawaban, maka tuliskan. Kita dapat menuliskan semacam tanda setelah menjawab sehingga dapat kembai ke pertanyyaan tersebut bila kita masih mempunyai waktu. Bila tidak, tuliskan jawaban sementara, sambil melanjutkan menyelesauikan tes karena mungkin tidak mempunyai waktu untuk kembali ke pertanyaan tersebut dan mengerjakan sebagaimana mestinya. Bila hanya mempunyai beberapa detik saja yang tersisa di akhir tes, atau ketika telah mengerjakan semua soal yang menurut kita dapat di kerjakan, jawaban sementara tidakakan merugikan.
Pertanyaan Tes EQ kadang tidak dirancang untuk mempunyai hanya satu jawaban yang benar. Para penguji biasanya orang yang berpikiran masuk akal dan besedia memeriksa bentuk tes atas subyek yang hidup, jadi bila penguji setuju bahwa pilihan pertama kita juga dapat dipertahankan, seharusnya mendapatkan skor.
Selalu pada keadaan sehat. Hal ini penting pada tes kemampuan mental seperti EQ ini. Bila sakit kepala malamnya tentu anda tidak dapat mengerjakan tes EQ secara efisien. Selanjutnya, bila anda baru saja mengerjakan beberapa latihan dalam buku maka tutuplah buku dan jangan mencoba tes berikutnya sampai esok hari.
Berbagai penelitian telah menunjukan bahwa keterampilan EQ yang sama dapat membuat anak atau siswa bersemangant tinggi dalam belajar, dan anak yang memiliki EQ yang tinggi disukai teman-temannya di arena bermain, juga akan membantunya dua puluh tahun kemudian ketika sudah masuk ke dunia kerja atau ketika sudah berkeluarga.
·         Kegunaan Kecerdasan Emosi dalam pembelajaran
a.       Mengenali emosi diri sendiri
b.      Melepaskan emosi negatif
c.       Mengelola emosi diri sendiri
d.      Memotivasi diri sendiri
e.       Mengenali diri sendiri
f.       Mengelola emosi orang lain
g.      Memotivasi orang lain,




·         Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi
a.       Peliharalah daya pikir aktif
b.      Jadikan Orang lain sebagai referensi
c.       Dekatkan diri anda dengan cita-cita
d.      Tetap berfikir terbuka
e.       Jangan menghindari kenyataan
f.       Beristirahatlah jika merasa putus asa
g.      Bagi-bagilah masalah yang ada
h.      Bekerjalah mengikuti metode.

F.      IMPLEMENTASI EQ DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Matematika merupakan salah-satu mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran yang tinggi, tentu saja saat mempelajari mata pelajaran ini tidak sedikit orang yang mengalami kegagalan dalam mengerjakan soal-soalnya, saat mengalami kegagalan inilah diperlukannya peranan mempelajari EQ (Emotional Quotion) sehingga saat mengalami kegagalan seorang siswa tidak secara langsung down atau melampiaskan pada hal yang negative karena emosi yang ia miliki sudah dapat ia kontrol sendiri, seorang siswa yang telah mengetahui peranan EQ akan mengangggap bahwa kegagalannya itu merupakan proses pembelajaran bukan merupakan akhir dari segalanya. Perbedaan EQ dan IQ
Ø  Pengertian
·         EQ : kecerdasan yang di gunakan manusia untuk berhubungan dan bekerjasama dengan manusia lainnya.
·         IQ : kecerdasan yang digunakan untuk berhubungan dengan alam dan pengelolaannya atau kecerdasan seseorang dalam kemampuan verbal angka hitungan, daya ingat, penalaran, dan kecepatan perseptual.





Ø  Manfaat yang ditimbulkan
EQ:
a)       Empati (memahamiorang lain secara mendalam),
b)      Mengungkapkan dan memahami perasaan (emosi),
c)      Mengendalkan amarah,
d)     Kemandirian,
e)      Kemampuan menyesuaikan diri agar banyak di sukai,
f)       Diskusi, Kemampuan menyelesaikan masalah antar pribadi, Ketekunan,
g)      Kesetiakawanan,
h)      Kemarahan,
i)        Sikap hormat. 

IQ:
a)      Untuk menjumlah, mengalihkan dan membagi.
b)      Menulis dan berbicara dengan mudah.
c)      Memahami dan mengerti makna kata yang diucapkan.
d)     Memperoleh kesan akan sesuatu.
e)      Mampu memecahkan persoalan dan mengambil pelajaran dari pengalaman lampau.
f)       Dengan tepat dapat melihat dan mengerti hubungan benda dalam ruang.
g)      Mengenali objek dengan tepat dan benar.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pengertian intelegensi quotient yaitu kecerdasan yang digunakan untuk berhubungan dengan alam dan pengelolaannya atau kecerdasan seseorang dalam kemampuan verbal angka hitungan, daya ingat, penalaran, dan kecepatan perseptual. Dan pengertian dari Emosional Quotient  yaitukecerdasan yang di gunakan manusia untuk berhubungan dan bekerjasama dengan manusia lainnya. Maka kita selaku generasi muda dan penerus bangsa harus berrusaha untuk dapat mengaplikasikan keudanya jangan sampai berat sebelah karena bila kita lebih cenderung pada IQ saja maka kemungkinan besar yang akan kita alami adalah tidak akan banyak orang yang menyukai kita dan bila kita lebih cenderung pada EQ maka kita tidak akan berfikit logis dan cermat.
            Adapun factor-faktor dari intelegensi:
1)   Faktor bawaan atau keturunan
2)   Faktor Lingkungan
3)   Factor Kematangan
4)   Faktor Pembentukan
5)   Faktor Minat dan Pembawaan Khas
6)   Factor Kebebasan





          Maka factor-faktor inilah yang harus di pahami oleh kita semua agar intelegensi kita dapat terasah dengan baik. Beberapa jenis kecerdasan tersebut antara lain:
-            Kecerdasan Linguistik
-            Kecerdasan Logis-matematis
-            Kecerdasan Spasial
-            Kerdasan Musikal
-            Kecerdasan Kinestetik Jasmani
-            Kecerdasan Antar Personal
-            Kecerdasan Intra Personal
-            Kecerdasan Natural
Pada dasarnya seorang yang IQ nya tinggi akan mengaplikasikan sebuah gagasan matematika dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari atau berfikir secara logis dan memanage kehidupannya secara baik dan teratur, contohnya saja dalam kehidupan kita dalam situasi kita jauh dengan orang tua, kita akan diberikan bekal yang harus mencukupi selama satu minggu penuh, tentu manusia yang mempunyai IQ akan memanage nya sehingga dalam waktu seminggu bekal yang di berikan akan dapat mencukupi satu minggu penuh.
EQ adalah kecerdasan yang di gunakan manusia untuk berhubungan dan bekerjasama dengan manusia lainnya. EQ seseorang di pengaruhi oleh kondisi dalam dirinya sendiri dan masyarakatnya, seperti adat dan tradisi. Potensi EQ kebih besar di banding IQ.
                  Unsur-unsur EQ:
Daniel Goleman mengungkapkan bahwa ada 5 unsur kecerdasan emosi yakni:
1)      Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya sehingga tahu kelebihan dan kekurangannya.
2)      Kemampuan seseorang untuk mengelola emosi tersebut.
3)      Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan dorongan untuk maju kepada diri sendiri.
4)      Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan keperibadian orang lain.
5)      Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan pihak lain secara baik.
Saat mengalami kegagalan diperlukannya peranan mempelajari EQ (Emotional Quotion) sehingga saat mengalami kegagalan seorang siswa tidak secara langsung down atau melampiaskan pada hal yang negative karena emosi yang ia miliki sudah dapat ia kontrol sendiri, seorang siswa yang telah mengetahui peranan EQ akan mengangggap bahwa kegagalannya itu merupakan proses pembelajaran bukan merupakan akhir dari segalanya.













Daftar Pustaka
1.      Malcolin Hardy dan Steven Heyes. 1998. Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga.
2.      M. Harawijaya. 2005. Tes Kecerdasan Emosional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3.      Hamzah B. Uno. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
4.      Manfaat Budi. 2010. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung. Cirebon: Eduvision Publishing.
5.      Ahmadi Abu, dkk. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
6.      Rahman Abdul Shaleh, dkk. 2004. Psikologi dalam Persektif Islam. Jakarta: Prenada Media.
7.      Soemanto Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
8.      Syaodih Nana. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
9.      Duniapsikolog.com


0 komentar:

Posting Komentar

 

shandy tiara Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review