disusun oleh : Kelompok 10
dosen pengampu : Widodo Winarso,M.Pd.I
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dewasa ini bidang pembelajaran secara umum sedikit
banyaknya terpengaruh oleh adanya perkembangan dan penemuan-penemuan dalam
bidang keterampilan, ilmu, dan teknologi. Pengaruh perkembangan tersebut tampak
jelas dalam upaya-upaya pembaharuan system pendidikan dan pembelajaran. Upaya
pembaharuan itu menyentuh bukan hanya sarana fisik/fasilitas pendidikan, tetapi
juga sarana non fisik seperti pengembangan kualitas tenaga-tenaga kependidikan
yang memiliki pengetahuan, kamampuan, dan keterampilan memanfaatkan fasilitas
yang tersedia, cara kerja yang inovatif, serta sikap positif terhadap
tugas-tugas yang diembannya. Salah satu bagian integral dari upaya pembaruan
itu adalah media pembelajaran. Oleh karena itu, media pembelajaran menjadi
suatu bidang yang seyogianya dikuasai oleh setiap guru professional.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan media?
2. Sebutkan
klasifikasi dari media?
3. Apa
yang dimaksud dengan media pengajaran?
4. Apa
yang dimaksud dengan laboratorium matematika?
C.
TUJUAN
1.
Menjelaskan
pengertian dari media.
2.
Menjelaskan
klasifikasi media.
3.
Menjelaskan
pengertian media pengajaran.
4.
Menjelaskan
laboratorium matematika.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. MEDIA
1. Pengertian
Media
Kata
media berasal dari bahasa latin medius
yang artinya ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar. Dalam bahasa Arab media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. [1]
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
AECT
(Association of Education and
Communication Technology,1977) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. [2]
Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti
dengan kata mediator menurut Fleming
(1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak
dan mendamaikannya.[3]
Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan
pembelajaran.
National Education
Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang
dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
mempengaruhi efektivitas program instruktional.[4]
Heinich,
dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima.[5]
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Hamidjojo dalam Latuheru
(1993) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga
ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang
dituju.[6]
Hamalik
(1986) melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang
maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.[7]
Sementara itu, Gagne’ dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran.[8]
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar.
Istilah
“media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang
berasal dari kata latin tekne (bahasa
inggris art) dan logos (bahasa indonesia “ilmu”).
Menurut
Webster (1983: 105), “arti” adalah
keterampilan (skill) yang diperoleh
lewat pengalaman, studi dan observasi.[9]
Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang
keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila
dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian
sebagai perluasan konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekedar benda,
alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisai
dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu. (Achsin,1986: 10)[10]
Dari definisi-definisi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien
(siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
2. Klasifikasi
Media
Klasifikasi
media bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan serta cara
pembuatannya.
1. Dilihat
dari jenisnya
a.
Media
Auditif
Media auditif adalah media yang
hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang
yang mempunyai kelainan dalam pendengarannya.
b.
Media
Visual
Media visual adalah media yang
hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan
gambar diam seperti film strip (film
rangkai), slides(film bingkai) foto,
gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar
atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c.
Media
Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini dibagi ke dalam:
1) Audiovisual diam,
yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak
suara.
2) Audiovisual gerak,
yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti
film suara dan video-cassette.
Pembagian
lain dari media ini adalah:
1) Audiovisual murni,
yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti
film video cassette.
2) Audiovisual tidak murni,
yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda,
misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya
bersumber dari tape recorder. Contoh
lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat
dari daya liputnya
a.
Media
dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan
media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah
anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: televisi dan radio.
b.
Media
dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Penggunaan
media ini membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai yang harus
menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c.
Media
untuk pengajaran individual
Penggunaan media ini hanya untuk
seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.
3. Dilihat
dari bahan pembuatannya
a.
Media
sederhana
Media
ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah,
dan penggunaannya tidak sulit.
b.
Media
kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan
alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan
penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
B. MEDIA
PENGAJARAN MATEMATIKA
1. Pengertian
Media Pengajaran
Ada
beberapa tafsiran tentang pengertian media pengajaran. Sebagian orang
menyatakan bahwa media pengajaran menunjuk pada perlengkapan yang memiliki
bagian-bagian yang rumit seperti yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan.
Marshall McLuhan berpendapat bahwa media adalah suatu ekstensi manusia yang
memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung
dengan dia.[11]
Sesuai dengan rumusan tersebut, media komunikasi mencakup surat-surat,
televisi, film, dan telepon, bahkan jalan raya dan jalan kereta api merupakan
media yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang-orang lainnya.
Pendapat lain merumuskan media dalam arti sempit dan
dalam arti luas. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang
dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana,
sedangkan dalam artian luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik
yang kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide,
fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, objek-objek nyata serta kunjungan
keluar sekolah. Sejalan dengan dengan pandangan itu, guru-guru pun dianggap
sebagai media penyajian, disamping radio dan televisi karena sama-sama
membutuhkan dan menggunakan banyak waktu untuk menyampaikan informasi kepada
para siswa.
Romiszowski
merumuskan media pengajaran “... as the carries of massages, from some
transmitting source ( which may be a human being or an intimate object), to the
receiver of the massage (which is our case is the learner).”[12]
Penyampaian pesan (carries of information) berinteraksi dengan siswa melalui
pengindraannya. Siswa dapat juga dipanggil untuk menggunakan sesuatu alat indranya
untuk menerima informasi, atau dapat juga menggunakan kombinasi alat indra
sekaligus sehingga kegiatan berkomunikasi lebih saksama.
2. Media
Dalam Pengajaran Matematika
Matematika sebagai sebuah ilmu,
memiliki ciri khas yang membedakannya dari pelajaran yang lain diantaranya:
1. Mengkaji Objek yang bersifat abstrak
2. Mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan
3. Menggunakan penalaran deduktif aksiomatis
4. Memiliki kebenaran yang bersifat konsisten.
Matematika sekolah merupakan matematika yang diajarkan di
sekolah yang disampaikan berdasarkan tingkatan atau tahapan-tahapan proses
belajar. Sehingga proses pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah adalah
sebuah proses untuk mentransfer dunia matematika kedalam dunia nyata, dunia
yang bisa dipahami siswa sesuai dengan tahapan proses berfikir siswa.
Marpaung (2006) mengatakan bahwa proses pembelajaran
matematika di sekolah adalah sebuah proses matematisasi yang terdiri dari dua
proses, yakni matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi
horisontal adalah sebuah proses mentransfer dunia siswa kedalam dunia
matematik.[13]
Dalam prakteknya, guru menggunakan pendekatan pembelajaan kontekstual
(Contekstual Teaching and Leaning). Guru mengawali pembelajaran dari
masalah-masalah kontekstual, untuk kemudian melakukan formalisasi matematis.
Sedangkan matematisasi vertikal adalah sebuah proses
pembelajaran matematika formal. Artinya, setelah melalui proses formalisasi,
maka penyelesaian persoalan matematika selanjutnya menggunakan pendekatan formal.
Dalam prakteknya, guru mengajak siswa untuk menyelesaikan persoalan melalui
pendekatan formal.
Pada tahapan matematisasi horisontal inilah keberadaan
multimedia berperan penting. Hal tersebut karena multimedia memiliki potensi
dan kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu proses tersebut
diantaranya;
1) Membuat konsep yang abstrak menjadi
kongkrit.
2) Menampilkan animasi baik berupa
gerakan maupun suara yang mengilustrasikan proses yang terjadi.
3) Mampu memberikan keseragaman
persepsi, karena media mampu dimanfaatkan untuk memfokuskan perhatian siswa.
4) Mampu menyajikan informasi belajar
secara konsisten dan dapat diulang kapan dan dimanapun.
5) Mampu mengatasi keterbatasan waktu
dan tempat belajar.
Secara umum, media pembelajaran
dapat dikelompokkan kedalam media cetak dan non cetak, atau media elektronik
dan non elektronik. Santosa (2002). Beberapa jenis media pembelajaran yang
sering digunakan diantaranya;
1. Media pandang, dengar, dan gerak; VCD, Film.
2. Media pandang gerak; film tak bersuara
3. Media pandang diam; OHT (Over Head Transparancy), slide,
gambar, chart, poster.
4. Media dengar; rekaman (kaset dan CD)
5. Media cetak; buku ajar, LKS, majalah, koran.
6. Multimedia; komputer, slide berangkai.
3. Jenis-jenis Media Pengajaran
a.
Alat bantu
dasar: sabak, papan tulis, gambar, peta, chart, atlas, blobe, model, kertas,
pena, cat, dan sebagainya.
b.
Alat bantu
cetak: buku teks, majalah, pamphlet berkala.
c.
Alat bantu
pandang benda seni, artefak, papan bulletin, grafik, film strip, slide, model,
transparan.
d.
Alat bantu
dengar: audio, tape recorder, radio, telephone.
e.
Alat bantu
dengar pandang: gambar hidup, televise, video tape.
f.
Alat bantu
lain-lain: bahan observasi, museum, tempat-tempat bersejarah”
Menurut Nana
Sudjana media pengajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran
meliputi:
a.
Media grafis
(media dua dimensi).
1)
Diagram
Diagram
adalah suatu gambaran-gambaran sederhana untuk memperlihatkan hubungan timbale
balik, terutama dengan garis-garis diagram yang baik adalah sangat sederhana
yakni hanya bagian-bagian terpenting saja yang diperlihatkan.
Berdasarkan
konsep tersebut di atas, kiranya penggunaan media diagram dalam proses pembelajaran
akan sangat membantu bagi guru maupun siswa dalam menyimak materi pelajaran,
karena pada dasarnya diagram merupakan ringkasan visual yang padat mengenai
fakta-fakta dan gagasan yang akan diuraikan.
2)
Grafik
Grafik
adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan
informasi statistic yang saling berhubungan (R.Warsito, 2001 : 48).
Dengan
berasumsi pada pengertian grafik tersebut, dalam proses belajar mengajar,
grafik mempunyai fungsi untuk memperlihatkan perbandingan informasi
kualitas-kualitas maupun kuantitas dengan cepat dan sederhana, terutama pada
penyajian secara statistik
3)
Poster
Poster
merupakan kombinasi visualisasi yang kuat dengan warna dan pesan dengan maksud
untuk menangkap perhatian orang lewat, tetapi cukup lama menanamkan gagasan
yang berarti di dalam ingatannya (1989).
Media ini
pada umumnya digunakan untuk mengenalkan suatu produk dari suatu perusahaan
atau digunakan sebagai sarana promosi.
4)
Kartun
Kartun
adalah menggambarkan dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan
atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat (1989).
Dengan
berasumsi pada konsep tersebut di atas, kartun dapat digunakan sebagai alat
bantu proses pengajaran walaupun banyak kartun yang membuat orang-orang
tersenyum, tetapi pada dasarnya kartun mempunyai manfaat dalam proses belajar
mengajar terutama dalam penjelasan rangkaian bahan satu urutan logis atau
mendukung makna
5)
Komik
Komik
merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu
berita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan di rancang untuk
memberikan hiburan pada pembaca. (1989)
b.
Media tiga
dimensi
Sesuai
dengan istilahnya, media tiga dimensi adalah media yang mempunyai ukuran
panjang, lebar dan tinggi serta dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Oleh
karena itu media tiga dimensi memiliki bentuk yang hamper sama dengan benda
aslinya.
c.
Media
proyektor still
R.Warsito
menuliskan bahwa media proyektor still ada dua yaitu:
1)
OHP (Over
head proyektor)
Penggunaan
OHP dalam proses pembelajaran memiliki manfaat atau kelebihan sebagai media
pendidikan yaitu :
a.
Gambar yang
diproyeksikan lebih jelas jika dibandingkan dengan kalau digambarkan sebagai
media pendidikan yaitu:
b.
Guru dapat
mengajar sambil berhadapan dengan siswa.
c.
Dapat
memproyeksikan benda-benda kecil.
d.
Lebih sehat
dari pada papan tulis
2)
Televisi
Sebagai
suatu medium, televise mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
a)
Televisi
merupakan suatu medium yang menarik, up to date dan selalu siap diterima oleh
anak-anak, karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar
sekolah.
b)
Televisi
dapat memikat perjatian sepenuhnya dari penonton seperti halnya film,
menyajikan informasi viasual dan auditif secara simultan.
c)
Sifatnya
nyata dan langsung.
d)
Batas ruang
dan waktu dapat diatasi.
e)
Hamper
setiap mata pelajaran dapat di TV kan.
f)
Televise
dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar.
Meskipun
televisi banyak memberikan manfaat, tetapi juga problem yang perlu diatasi
antara lain:
a)
Harga
televisi relative mahal.
b)
Jadwal
sering bertabrakan antara siaran dan jam pelajaran.
c)
Tidak
selamanya program televise cocok dan jelas.
d)
Sifat
komunikasinya satu arah (2001).
Dari uraian
tersebut di atas, jelas bahwa media pengajaran sangat berperan dalam
peningkatan pemahaman konsep dan mempermudah siswa dalam menerima penanaman
konsep. Media yang cocok dan sesuai dengan materi yang dibahas dapat mengatasi
kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima penanaman konsep khusunya
konsep-konsep kognitif.
Penanaman
konsep kognitif akan lebih lancer dan berjalan baik apabila media penhajaran
yang digunakan sesuai. Guru mampu menggunakan dan mengelola media pengajaran,
dan murid dapat mengamati dengan cermat.
Demikian
halnya dengan penanaman konsep kognitif di Taman kanak-kanak. Murid taman
kanak-kanak yang pada dasarnya masih merupakan anak dengan pikiran yang polos
dan berpikiran sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar. Sehingga murid
taman kanak-kanak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang diberikan oleh
guru melaluimedia yang digunakan. Penanaman konsep ini dapat bertahan lama,
karena murid disamping dapat mendengar, dapat pula mengamati, meraba, dan
merasakan media pengajarannya.
4. Manfaat
Media Pengajaran
Dalam
suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan
salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran
yamg sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan
dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon
yang diharapkan agar siswa dapat menguasai saat embelajaran berlangsung, dan
konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat
dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakain
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar data membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan
proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi plajaran pada saai itu.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton
(1985), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk
perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahny, yaitu (1)
memotivasi minat dan tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) member intruksi.
Untuk memenuhi fungsi motifasi, media pembelajaran dapat direalisaikan dengan
teknik drama dan hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan
merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung
jawab, melayani secara sukarel, atau memerikan sumbangan material). Pencapaian
tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.
Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana
informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak
atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran
dapat terjadi. Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan
siswa.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas
oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985) meskipun telah lama disadari
bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajara, penerimaannya serta
pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat.
Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif
dari media sebagai integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama
pembelajaran langsung sebagai berikut:
1. Penyampaian
belajar menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian
melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsiran isi
pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil
tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan
kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih
lanjut.
2. Pembelajaran
bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan
membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntunan pesan,
daya tarik dan image yang berbah-ubah, penggunaan efek khusus yang menimbulkan
keingintahuan dan membuat siswa tertawa dan berfikir, yang kesemuanya
menunjukan bahwa media memiliki aspek dan motivasi dan meningkatkan minat.
3. Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip
psikologis yang diteriama dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan
pengetahuan.
4. Lama
pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya
memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam
jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5. Kualitas
hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai
media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara
yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
6. Pembelajaran
dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau diperlukan terutama jika
media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7. Sikap
positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses dapat
ditingkatkan.
8. Peran
guru dapat berubah kearah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan
sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses
belajar mengajar, misalnya sebagai konsultasi atau penasehat siswa.
Dale
(1969) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak
manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru
dengan siswa tetap merupakan elemen yang paling penting dalam system pandidikan
modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran
dengna bantuan apa sajaagar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
1. Meningkatkan
rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2. Membuahkan
perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3. Menunjukan
hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatkan
motivasi belajar siswa;
4. Membawa
hal baru dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
5. Membuat
hasil lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
6. Mendorong
pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi
dan partisipasi aktif yang mengakibatkan peningkatan dari hasil belajar;
7. Memberikan
umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak
apa yang telah mereka peroleh;
8. Mengalami
pengalaman dengan konsep-konsep yang dapat dikembangkan.
Sudjana
& Rivai (1992) mengemukan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar adalah:
1. Pembelajaran
akan menjadi lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar;
2. Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami siswa dan
kemungkinan penguasaan dan pencapaian tujuan pembelajaran akan lebih besar;
3. Metode
belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. Siswa
dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar
uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasi, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedia of
educational research dalam Hamalik (1994:15)
merincikan manfaat media pendidikan/pembelajaran, sebagai berikut:
1. Meletakan
dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2. Memperbesar
perhatian siswa.
3. Meletakan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran
lebih mantap.
4. Memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
siswa.
5. Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
6. Membantu
tumbuhnya pengertian yang dapat mambantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7. Memberikan
pemgalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi
dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari
uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat
praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar,
sebagai berikut:
1. Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungannya, dan kemampuan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
3. Media
pembelajaran dapat membatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
a.
Objek atau benda yang
terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan
gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.
b.
Oblek atau benda yang
terlalu kecil dan tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan
mikroskop, film, slide, atau gambar.
c.
Kejadian langka yang
terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan
melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal.
d.
Objek atau proses yang
amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui
gambar, film, slide, atau simulasi komputer.
e.
Kejadian atau percobaan
yang membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan
video.
f.
Peristiwa alam seperti
terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu
lama, seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan
teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk
film, video, slide, atau simulator komputer.
4. Media
pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya
karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
5. Prinsip-prinsip
Pemanfaatan Media Pengajaran
Prinsip-prinsip
penggunaan media pengajaran:
1. Penggunaan
media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu
sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai
tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan
sewaktu-waktu dibutuhkan.
2. Media
pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam
usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
3. Guru
hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang
digunakan.
4. Guru
seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran.
5. Penggunaan
media pengajaran harus diorganisir secara sistimatis bukan sembarangan
menggunakannya.
6. Jika
sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru
dapat memanfaatkan multy media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat
merangsang siswa dalam belajar.
Syarat
umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran diantaranya:
1. Media
pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Media
pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar.
3. Media
pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
4. Media
pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa.
5. Media
pengajaran tersebut merupakan perantara (medium)
dalam proses pembelajaran siswa.
Penggunaan
media pengajaran seharusnya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
1. Guru
harus berusaha dapat memperagakan atau merupakan model dari suatu pesan (isi
pelajaran) disampaikan.
2. Jika
objek yang akan diperagakan tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, maka kelaslah
yang diajak ke lokasi objek tersebut.
3. Jika
kelas tidak memungkinkan dibawa ke lokasi objek tersebut, usahakan model atau
tiruannya.
4. Bilamana
model atau maket juga tidak didapatkan, usahakan gambar atau foto-foto dari
objek yang berkenaan dengan materi (pesan) pelajaran tersebut.
5. Jika
gambar atau foto juga tidak didapatkan, maka guru berusaha membuat sendiri
media sederhana yang dapat menarik perhatian belajar siswa.
6. Bilamana
media sederhana tidak dapat dibuat oleh guru, gunakan papan tulis untuk
mengilustrasikan objek atau pesan tersebut melalui gambar sederhana dengan
garis lingkaran.
6. Memilih
Media Pengajaran
Ada
dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam usaha memilih media pengajaran, yakni
sebagai berikut.
1. Dengan
cara memilih media yang telah tersedia di pasaran yang dapat dibeli guru dan langsung dapat digunakan dalam
proses pengajaran.
2. Memilih
berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, khususnya yang berkenaan
dengan tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan bahan pelajaran yang
hendak disampaikan.
Faktor–faktor yang mempengaruhi
pemilihan media adalah faktor efektivitas komunikasi dalam kaitannya dengan
siswa, bahan pelajaran, dan tujuan yang hendak dicapai, merupakan dasar
pertimbangan yang mempengaruhi media pengajaran.
7. Pemilihan
Media Pada Jenjang Pertama
Pada jenjang pertama, pemilihan media
dilakukan dalam kerangka sistem yang lebih luas yang mencakup keseluruhan
sistem dalam kaitannya dengan pekerjaan tertentu. Komunikasi yang efektif perlu
mempertimbangkan faktor-faktor berikut.
1. Faktor
siswa, yang berkenaan dengan siapa yang belajar, baik kuantitatif maupun
kualitatif, yang pada gilirannya media apa yang dipilih. Jumlah siswa yang
banyak menuntut sistem penyampaian secara massal atau pendidikan jarak jauh.
Dalam konteks ini sewajarnya dipilih media massa seperti televisi dan
lain-lain. Jika siswanya dalam satu kelas itu sedikit, media yang dibutuhkan
adalah cara langsung yaitu tatap muka. Dalam konteks guru merupakan media utama
yang dibantu dengan alat bantu pengajaran (little media).
2. Faktor
isi pelajaran, yang berkenaan dengan materi pelajaran sesuai dengan mata ajaran
topik-topik yang diajarkan. Pengajaran yang disajikan secara tak langsung, yang
hanya menuntut komunikasi satu arah sewajarnya digunakan media informasi
(information media). Apabila pelajaran harus disampaikan yang membutuhkan
komunikasi dua arah antara penyampai pesan dan penerima pesan, maka digunakan
media (instructional media). Kombinasi antara kedua jenis media tersebut dapat
saja dilaksanakan, misalnya penyampaian informasi dengan televisi, selanjutnya
siswa diperkenankan mengajukan pertanyaan secara tertulis, yang dijawab memalui
televisi.
3. Tujuan
yang hendak di capai, dalam arti jenis
tujuan, apakah tingkah laku terminal/final, apakah bersifat
vokasional/nonvokasional, dan apakah harus individual. Untuk mencapai tujuan
tersebut, selanjutnya informasi apa yang seharusnya disampaikan dan jenis media
apa yang sewajarnya digunakan.
8. Pemilihan
Media Pada Jenjang Kedua
Pada jenjang kedua dilakukan pemilihan
media untuk tiap pelajaran (yang merupakan unsur-unsur tiap topik dan tugas).
Untuk memilih media yang benar-benar bermakna, pemilihan media dilakukan dua
aturan pokok , yakni sebagai berikut.
Pertama, jika kita mengharapkan suatu
tingkah laku tertentu bagi siswa sesudah berlangsungnya pengajaran, kita harus
menyediakan kesempata-kesempatan kepada mereka untuk mempraktekan tingkah laku
tersebut sepanjang pengajaran. Misalnya kita mengharapkan agar siswa dapat
memberikan suatu contoh konsep, maka selama pengajaran kepada mereka harus diberikan
contoh-contoh. Supaya siswa dapat melakukannya sesuai prosedur.
Kedua, gunakan saluran sensoris yang
paling tepat untuk mengkomunikasikan informasi untuk dipelajari oleh siswa.
Sensoris erat kaitannya dengan jenis media.
Saluran sensoris : saluran sensoris adalat alat pengindraan
yang ada pada diri siswa untuk menerima informasi.
Jenis-jenisnya : penglihatan, pendengaran, kulit,
penciuman, dan pengecapan.
Contoh
media : televisi... suara dan penglihatan. Buku ...
penglihatan .
C. LABORATORIUM
MATEMATIKA
Salah satu
metode mengajar adalah metode laboratorium. Dalam kegiatan pembelajaran, dimana
telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang menarik dan cukup untuk
mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan
menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Kondisi yang semacam itu
memungkinkan digunakannya metode laboratorium dalam pembelajaran. Karena
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka segala sesuatu memerlukan
eksperimentasi. Termasuk matematika yang pada hakikatnya merupakan suatu ilmu
yang di adakan atas akal (rasio) yang berhubungan dengan benda-benda / objek
pikiran yang abstrak. Begitu juga dalam cara mengajar guru dikelas digunakan
metode laboratorium.
1. Pengertian
Laboratorium Matematika
Menurut Post
dan Reys (1973) laboratorium matematika dapat diartikan dengan dua cara. Yang
pertama laboratorium sebagai pendekatan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran
dengan metode laboratorium, dan yang kedua laboratorium sebagai sebuah tempat
atau ruangan.[14]
Pengertian
laboratorium matematika adalah sebuah ruangan yang didesain khusus untuk
kegiatan belajar mengajar matematika. Metode pembelajaran yang digunakan guru
dalam Laboratorium matematika adalah metode laboratorium, meskipun tidak
menutup kemungkinan guru dan siswa memanfaatkan laboratorium matematika untuk
kegiatan belajar mengajar dengan metode lain.
Laboratorium
Matematika dimaksudkan sebagai tempat atau sarana untuk menunjang kegiatan
belajar matematika, yang mengubah pusat belajar dari guru ke siswa. Siswa belajar
di laboratorium tidak hanya menulis dan menyimak, tetapi juga harus aktif
mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Guru di laboratorium lebih banyak berperan
sebagai fasilitator dan pengarah belajar siswa.
Belajar di
laboratorium diharapkan dapat menggugah minat belajar siswa, karena
pembelajaran menjadi lebih dinamis, menarik dan menantang. Selain itu
diharapkan belajar di laboratorium dapat melatih siswa dalam berpikir, bernalar
dan menarik kesimpulan, melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen
sehingga siswa-siswi memiliki pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif
dan kemauan bekerja sama yang efektif sesuai tujuan umum pembelajaran di
sekolah.
2. Fungsi
Laboratorium Matematika
a. Tempat kerja
praktik yang dilakukan secara individu maupun berkelompok.
b. Tempat
diskusi kelompok besar maupun kelompok kecil.
c. Tempat
kegiatan ceramah atau demonstrasi.
d. Tempat
penyimpanan sekaligus display alat peraga, alat permainan, maupun
berbagai media lain yang dapat menunjang kegiatan belajar matematika.
e. Pusat
kegiatan belajar matematika di sekolah.
f. Sebuah
lingkungan/ruangan yang bernuansa matematika, sehingga menarik dan mendorong
siswa untuk menyukai belajar matematika,
3. Tujuan Penggunaan Metode Laboratorium
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan
agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga
siswa dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking).
Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang
sedang dipelajarinya. Metode ini juga memberikan pemahaman kepada siswa dalam
bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Serta membimbing siswa untuk menemukan
fakta-fakta dalam matematika serta mengaplikasikan pengetahuannya dalan
kehidupan sehari-hari. Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari
pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk
melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal
kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa
dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Laboratorium
Kelebihan dari
metode laboratorium antara lain :
1) Anak didik
dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk diri sendiri. Ia tidak hanya melihat
orang lain menyelesaikan suatu eksperimen, tetapi juga dengan berbuat sendiri
ia memperoleh kepandaian-kepandaian yang diperlukan.
2) Ia mendapat
kesempatan yang sebesar-besarnya untuk melaksanakan langkah-langkah dalam
cara-cara berpikir ilmiah. Ramalan / hipotesa dapat di uji kebenarannya dengan
menyimpilkan data hasil percobaan kemudian ia menafsirkan dan membuat
kesimpulan.
3) Mereka lebih
aktif berpikir dan berbuat, yang man itu sangat dikehendaki oleh kegiatan
mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri
dengan bimbingan guru.
4) Menarik dan
menyenangkan bagi siswa kelas rendah.
5) Prinsip psikologi terpenuhi.
6) Siswa dapat
memperoleh fakta-fakta yang jelas.
7) Memupuk percaya
diri.
8) Memupuk keberanian
untuk berbuat.
9) Memupuk
kemampuan untuk menerapkan matematika dalam kehidupannya
Metode
laboratorium juga memiliki kelemahan, di antaranya :
1) Tidak cukupnya
alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak mendapatkan kesempatan untuk
melakukan percobaan.
2) Jika percobaan
memerlukan jangka waktu yang lama, ia harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3) Kurangnya
persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan kesulitan didalam
melakukan percobaan.
4) Hanya mampu
memperkenalkan fakta-fakta kepada siswa tetapi tidak dapat kemampuan yang lebih
tinggi.
5) Tidak semua
topik dapat di ajarkan dengan metode ini.
6) Memerlukan
waktu dan biaya yang tidak sedikit.
7) Memerlukan
perencanaan yang rumit dan matang dari guru yang akan mengajar.
8) Untuk
pembelajaran matematika tidak dapat menghasilkan ketrampilan dan latihan
berpikir yang benar.
5. Prosedur Pelaksanaan Laboratorium
Matematika
1.
Perlu
dijelaskan kepada siswa tentang tujuan percobaan, mereka harus memahami masalah
yang akan dibuktikan melalui percobaan
2.
Kepada siswa
perlu diterangkan pula tentang :
Alat-alat serta
bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan. Alat itu bisa berupa alat peraga
yang digunakan dalam pengajaran.
Alat peraga
pengajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk
membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan
mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pelajaran yang banyak
menggunakan verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran
akan lebih menarik bila siswa gembira atau senang karena meraka merasa tertarik
dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Belajar akan lebih efektif jika
dibantu alat peraga pengajaran dari pada siswa belajar tanpa dibantu alat
peraga.
Dalam pemilihan
alat peraga yang hendak digunakan oleh guru haruslah diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
·
Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan
pengalaman siswa serta individual dalam kelompok
·
Alat yang dipilih harus tepat, memadai dan mudah
digunakan
·
Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih
dahulu
·
Penggunaan alat peraga harus disertai dengan
kelanjutannya seperti diskusi, analisis dan evaluasi
·
Sesuai dengan batas kemampuan biaya (M. Uzer, 1985 : 27).
Sedangkan alat peraga banyak macam dan ragamnya, guru harus menyesuaikan dengan
mata pelajaran dan pokok bahasan yang di ajarkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Media
merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya.
Klasifikasi
media, yaitu:
1. Dilihat
dari jenisnya
a.
Media
Auditif
b.
Media
Visual
c.
Media
Audiovisual
2. Dilihat
dari daya liputnya
a.
Media
dengan daya liput luas dan serentak
b.
Media
dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
c.
Media
untuk pengajaran individual
3. Dilihat
dari bahan pembuatannya
a.
Media
sederhana
b.
Media
kompleks
Dalam arti sempit,
media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam
proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam artian luas, media tidak
hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga mencakup
alat-alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru,
objek-objek nyata serta kunjungan keluar sekolah.
Laboratorium matematika adalah sebuah ruangan yang
didesain khusus untuk kegiatan belajar mengajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani,
Niken dan Dany Haryanto. 2010. Pembelajaran
Multimedia Di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Arsyad,
Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1997. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 1994. Media Pendidikan.
(Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Hamalik,
Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman,
M. Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media
Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
http://petanitangguh.blogspot.com/2010/03/jenis-jenis-media-pengajaran.html
[1] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 3.
[2] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 3.
[3] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 3.
[4] Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd.. (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002). Hal. 11.
[5] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 4.
[6] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 4.
[7] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 4.
[8] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 4.
[9] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 5.
[10] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media
Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 5.
[11] Prof. Dr. Oemar Hamalik. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Hal. 201.
[12] Prof. Dr. Oemar Hamalik. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Hal. 202.


0 komentar:
Posting Komentar